Kamis, 05 November 2015

SEJARAH PERADABAN ISLAM peradaban pada masa nabi Muhammad SAW

PERADABAN ISLAM PADA MASA NABI MUHAMMAD SAW
MAKALAH
Diajukan sebagai salah satu tugas kelompok  pada Mata Kuliah
SEJARAH PERADABAN ISLAM
Description: G:\ff1a87fa156e250a6666b71cde93deb2.jpeg
Dosen
Disusun Oleh
Elis Fitriani
Ade Sukaesih
Vita Riyanti
: Sulaeha.
: Kelompok 3
: 14102032011CA
: 14102052001CA
: 14102062011CA







SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
SERANG - BANTEN

TAHUN AKADEMIK 2014/2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur  kehadirat Allah SWT yang memberikan kenikmatan pada kita sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Sejarah Pertadaban Islam.
            Makalah ini disusun guna melengkapi tugas mata kuliah Sejarah Peradaban Islam. Teriring ucapan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian makalah ini.
            Selanjutnya, penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan karena kekurangan dan ketebatasan  pengetahuan penulis. Untuk itu, saran dan masukan dari berbagai pihak sangat bermanfaat bagi siapa saja yang berkenan membacanya.




Serang, 30 Oktober 2014



Penulis



DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………       i
DAFTAR ISI………………………………………………………….         ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................       1
A.    Latar Belakag Masalah…………………………………………       1
B.     Rumusan Masalah………………………………………………       3
C.     Tujuan Penulisan………………………………………………..       3
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................       4
A.    Kelahiran Nabi Muhammad Saw………………………………        4         
B.     Misi Muhammad saw…………………………………………..        5         
C.     Peradaban pada Masa Rasulullah Saw………………………...        6
D.    Perbedaan kerasulan Muhammad Saw dengan Rasul-rasul sebelumnya…………………………………….........................        9
BAB III PENUTUP...............................................................................       12
A.    Kesimpulan……………………………………………………...      12
B.     Saran…………………………………………………………….      12
DAFTAR PUSTAKA            ..............................................................................      13
 BAB I
PENDAHULUAN
A.                Latar Belakang
Bangs Arab telah meninggalkan ajaran Nabi Ibrahim a.s. dengan beralih menyembah berhala sehingga kemusyrikan telah mendarah daging dalam diri mereka. Mereka juga memiliki kebiasaan buruk lainnya, seperti berjudi, mabuk-mabukan, berzina, dan mengubur bayi perempuan hidup-hidup.
Oleh karena itu, Allah mengutus Rasulullah Muhammad saw untuk kembali mengajarkan tauhid, (Mengesakan Allah Swt) dan memperbaiki kebudayaan Islam atau As-saqofah al-Islamiyah ditandai dengan adanya perintah Allah Swt. Kepada Muhammad Saw untuk mengemban amanah sebagai Nabi dan Rasul-Nya. Kehadirannya telah mengubah bangsa Arab yang semula terbelakang, bodoh, tidak beradab, dan terabaikan oleh bangsa lain menjadi bangsa yang maju, beradab, dan menjadi pusat peradaban dunia. H.A.R. Gibb, berpendapat “Islam is indeed much more than a system of teology, it is a complete civilization.” (Islam sesungguhnya lebih dari sekedar sebuah Agama, ia adalah suatu peradaban yang sempurna).




B.                 Rumusan Masalah
1.                  Bagaimana perkembangan peradaban Islam pada masa Nabi Muhammad SAW?
2.                  Apa misi Nabi Muhammad SAW di dalam mengembangkan Agama Islam?
3.                  Bagaimana proses kemunduran Islam pada masa Nabi Muhammad SAW?
4.                  Bagaimana proses kemajuan Islam pada masa Nabi Muhammad SAW?

C.                Tujuan Penulisan
1.                  Mengenal lebih dalam sosok Nabi Muhammad SAW
2.                  Mengetahui perkembangan peradaban Islam
3.                  Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang perkembangan peradaban Islam pada masa Nabi  Muhammad SAW
4.                  Mengenal Perkembangan Islam lebih dalam
5.                  Mengambil nilai positif dari sejarah perkembangan Islam


                                     



BAB II
PEMBAHASAN
A.                Kelahiran Nabi Muhammad SAW
            Secara esensial, kehadiran Nabi Muhammad SAW pada masyarakat Arab adalah terjadinya kristalisasi pengalaman baru dalam dimensi ketuhanan yang mempengaruhi segala aspek kehidupan masyarakat, termasuk hukum-hukum yang digunakan pada masa itu, satu keberhasilan Nabi Muhammad Saw. Dalam memenangkan kepercayaan bangsa Arab pada waktu yang relatif singkat kemampuannya dalam memodifikasi jalan hidup orang-orang Arab. Sebagian dari nilai dan budaya Arab Pra Islam, untuk beberapa hal diubah dan diteruskan oleh masyarakat Nabi Muhammad ke dalam tatanan moral Islam. Kedua secara Geneologis, ia merupakan keturunan suku Quraisy, suku yang terkuat dan berpengaruh di Arab.
Nabi Muhammad SAW dilahirkan pada tahun gajah tahun ketika pasukan gajah Abrahah menyerang mekkah untuk menghancurkan Ka’bah, namun pasukan Abrahah mengalami kehancuran. Peristiwa itu terjadi kira-kira pada tahun 570 M (12 Rabiul Awwal). Merupakan suatu kebiasaan di antara orang-orang kaya dan kaum bangsawan Arab bahwa ibu-ibu tidak mengasuh anak-anak mereka, tetapi mereka mengirimkan anak-anak itu ke pedesaan untuk diasuh dan dibesarkan di sana. Begitu pula, Muhammad setelah diasuh beberapa lama oleh ibunya, dia dipercayakan kepada halimah dari suku Bani Sa’ad untuk diasuh dan dibesarkan. Dia tetap berada di dalam asuhan Halimah hingga berusia 6 tahun, ketika ia dikembalikan kepada ibunya, Aminah. Pada waktu itu, ibunya bermaksud menziarahi makam suaminya di Madinah, tempat suaminya dimakamkan. Namun, di tengah perjalanan yaitu di Abwa, Madinah, Aminah menderita sakit dan menghembuskan nafas yang terakhir di sana. Dengan demikian, pada usia 6 tahun, Muhammad sudah kehilangan kedua orang tuanya. Setelah Aminah meninggal, Abdul Muthalib mengambil alih tanggung Jawab merawat Muhammad. Namun, dua tahun kemudian, Adul Muthalib meninggal dunia karena renta. Taggung Jawab selanjutnya beralih kepada pamannya, yaitu Abu Thalib. Seperti juga Abdul Muthalib, sang paman sangat disegani dan dihormati orang Quraisy dan penduduk Mekkah secara keseluruhan, tetapi dia miskin. Dalam usia muda, Muhammad hidup sebagai penggembala kambing keluarganya dan kambing penduduk mekkah. Melalui kegiatan penggembalaan ini. Dia menemukan tempat untuk berfikir dan merenung. Dalam suasana demikian, dia ingin melihat sesuatu di balik semuanya. Pemikiran dan perenungan ini membuatnya jauh dari segala pemikiran nafsu duniawi, sehingga ia terhindar dari berbagai macam noda yang dapat merusak namanya. Oleh karena itu, sejak muda ia sudah dijuluki A-Amin (Orang yang terpercaya). Selanjutnya, Nabi Muhammad melakukan perjalanan (Usaha) untuk pertama kali dalam Khafilah dagang ke Syiria (Sam) dalam usia baru 12 tahun. Khafilah itu dipimpin oleh Abu Thalib. Dalm perjalanan ini, di Bushra, sebelah selatan Syiria Ia bertemu dengan pendeta Kristen bernama Buhairah. Pendeta ini melihat tanda-tanda kenabian pada Muhammad sesuai dengan petunjuk cerita-cerita Kristen. Sebagian sumber menceritakan bahwa pendeta itu menasehati Abu Thalib agar tidak terlalu jauh memasuki daerah Syiria, sebab dikhawatirkan orang-orang Yahudi yang mengetahui tanda-tanda itu akan berbuat jahat terhadapnya. Perkiraan pendeta tersebut akhirnya dibuktikan dengan sejarah kenabian Muhammad sampai sekarang.
            Ketika  nabi Muhammad berusia 25 tahun, ia berangkat ke Syiria membawa barang dagangan seorang saudagar wanita kaya raya yang telah lama menjanda, Khadijah. Dalam perdagangan ini, Muhammad memperoleh laba yang besar, Khadijah kemudian melamarnya. Lamaran itu diterima dan perkawinan segera dilaksanakan. Ketika itu Muhammad berusia 25 tahun dan Khadijah 40 tahun. Dalam perkembangan selanjutnya, Khadijah adalah wanita pertama yang masuk Islam dan banyak membantu Nabi dalam perjuangan menyebarkan Islam. Perkawinan bahagia dan saling mencintai itu dikaruniai 6 orang anak, dua putera dan empat puteri, yaitu Qasim, Abdullah, Zainab, Ruqayah, Ummu Kultsum, dan Fatimah. Kedua puteranya meninggal waktu kecil. Nabi Muhammad tidak menikah lagi sampai Khadijah meninggal ketika Muhammad berusia 50 tahun.
B.                 Misi Muhammad SAW
Secara historis, perjalanan Nabi Muhammad SAW. Sebagai pembawa misi risalah langit, terbagi dalam tiga periode yaitu  pertama, periode pra kerasulan kedua periode kersulan, ketiga pasca kerasulan. Tahap kedua sejarah kenabian ini diawali dengan dua kondisi yaitu kondisi Demografis-Sosiologis Arab, yakni kondisi pada masa Makiyyah dan masa Madaniyyah. Kehadiran Nabi Muhammad SAW identik dengan latar belakang kondisi  masyarakat Arab, khususnya orang-orang Mekkah. Para sejarawan, baik Islam maupun non Islam tidak berbeda dalam melukiskan keberadaan mereka.
                        Kehidupan masyarakat Arab secara sosio politis mencerminkan kehidupan derajat yang rendah. Perbudakan, mabuk, perzinahan, eksploitasi ekonomi, dan perang antar suku menjadi karakter perilaku mereka. Situasi Chaos semacam ini berlangsung sejak para pendahulu mereka mendiami negeri tersebut. Dari aspek kepercayaan atau Agama, orang-orang Arab Mekkah adalah para penyembah berhala. Tidak kurang dari tiga ratus berhala yang mereka anggap sebagai tuhan atau pelindung mausia. Berangkat dari kondisi inilah dalam sejarah dicatat bahwa Muhammad sering melakukan kontemplasi (‘Uzla), untuk mendapatkan suatu jawaban apa dan bagaimana seharusnya membangun kehidupan masyarakat Arab. Setelah melalui proses kontemplasi cukup lama, tepatnya di Gua hira. Akhirnya Muhammad mendapat suatu petunjuk dari Allah melalui malaikat Jibril untuk mengubah masyarakat Arab Mekkah. Dari sinilah, awal sejarah penyebaran dan perjuangan Muhammad SAW. Dalam menegakkan ajaran Islam dimulai.
                        Para Nabi dan Rasul yang diutus oleh Allah, dilihat dari pendekatan Visi dan misi, dapat dibagi kedalam dua bagian. Pertama, Nabi yang hanya membawa doktrin teologis sekaligus membawa doktrin politis. Doktrin teologis adalah doktrin yang menekankan substansi moral dalam mempersatukan ideal moral manusia dengan ideal moral tuhan tanpa melakukan perubahan sosial politik sebagai bagian dari proses ideal moral tersebut. Sedangkan doktrin teologis politis adalah doktrin yang mengedepankan ajaran moral sekaligus berusaha melakukan perubahan sistem untuk menata intitusi-intitusi sosial dan politik.
                        Para nabi yang tergolong pembawa doktrin teologis politis ini, di antaranya adalah nabi-nabi yang bergelar Ulul ‘Azmi. Nabi Muhammad SAW. Termasuk bagian ini karena ia, selain mengajarkan nilai-nilai Islam yang Berkenaan dengan hal-hal yang bersifat aksentis (Keakhiratan), juga berusaha beserta umatnya menata kekuatan untuk mengambil alih peran kepemimpinan dan pemerintahan orang-orang Quraisy. Peran ini sangat dominan, terutama pada saat nabi berada di Madinah.

C.                Peradaban Pada Masa Rasulullah SAW
Pearadaban atau kebudayaan pada masa Raasulullah SAW. Yang paling dahsyat adalah perubahan sosial. Suatu perubahan mendasar dari masa kebobrokan moral menuju moralitas yang beradab. Dalam tulisan Ahmad Al-Usairy, diuraikan bahwa peradaban pada masa nabi dilandasi dengan asas-asas yang diciptakan sendiri oleh Muhammad di bawah bimbingan wahyu. Diantaranya sebagai berikut :
1.                  Perkembangan masjid Nabawi
Dikisahkan bahwa unta tunggangan Rasulullah berhenti di suatu tempat maka Rasulullah memerintahkan agar di tempat itu dibangun sebuah masjid. Rasuullah ikut serta dalam pembangun Masjid tersebut. Beliau mengangkat dan memindahkan batu-batu Masjid itu dengan tangannya sendiri. Saat itu, kiblat dihadapkan ke Baitul Maqdis. Tiang Masjid terbuat dari batang kurma, sedangkan atapnya dibuat dari pelepah daun kurma. Adapun kamar-kamar istri beliau dibuat di samping masjid. Tatkala pembangunan selesai, Rasulullah memasuki pernikahan dengan Aisyah pada bulan Syawal.. Sejak saat itulah, Yatsrib dikenal dengan Madinaturasul atau Madinah Al-Munawwarah. Kaum muslumin melakukan berbagai aktivitasnya di dalam masjid ini, baik beribadah, belajar, memutuskan perkara mereka, berjual beli, maupun perayaan-perayaan. Tempat ini menjadi faktor yang mempersatukan meraka.


2.                  Persaudaraan antara Kaum Muhajirin dan Anshar
Rasulullah mempersaudarakan di antara kaum muslimin. Mereka kemudian membagikan rumah yang mereka miliki, bahkan juga istri-istri dan harta meraka. Persaudaraan ini terjadi lebih kuat daripada hanya persaudaraan yang berdasarkan keturunan. Denga persaudaraan ini, rasulullah telah menciptakan sebuah kesatuan yang berdasrkan agama sebagai pengganti dari persatuan yang berdasarkan kabilah.
3.                  Kesepakatan untuk saling membantu antara kaum muslimin dan nonmuslim
Di Madinah, ada tiga golongan manusia, yaitu kaum muslimin, orang-orang Arab, serta kaum non muslim, dan orang-orag Yahudi (Bani Nadhir), Bani Quraizhah, dan bani Qainuqa’).
Rasulullah melakukan satu kesepakatan dengan mereka untuk terjaminnya sebuah keamanan dan kedamaian. Juga untuk melahirkan sebuah suasana saling membantu dan toleransi di antara golongan tersebut.
4.                  Peletakan asas-asas politik, ekonomi, dan sosial
Islam adalah agama dan sudah sepantasnya jika di dalam negara diletakan dasar-dasar Islam maka turunlah ayat-ayat Al-Qur’an pada periode ini untuk membantu legalitas dari sisi-sisi tersebut sebagaimana dijelaskan oleh rasulullah dengan perkataan dan tindakannya. Hiduplah kota Madinah dalam sebuah kehidupan yang mulia dan penuh dengan nilai-nilai uatama. Terjadi sebuah persaudaraan yang jujur dan kokoh, ada solidaritas yang erat di antara anggota masyarakatnya. Dengan demikian, berarti bahwa inilah masyarakat Islam pertama yang dibangun rasulullah dengan asas-asasnya yang abadi. Secara sistematis, proses peradaban yang dilakukan oleh nabi pada masyarakat Islam di Yatsrib adalah pertama Nabi Muhammad SAW, mengubah nama Yatsrib menjadi Madinah (Madinah Ar-rasul, Madinah An-nabi atau Madinah al-Munawwaroh). Perubahan nama yang bukan terjadi secara kebetulan,tetapi perubahan nama yang menggambarkan cita-cita Nabi Muhammad SAW,yaitu membentuk sebuah masyarakat yang tertib dan maju, dan berperadaban kedua, membangun masjid, bukan hanya dijadika pusat kegiatan ritual shalat saja, tetapi juga menjadi sarana penting untuk mempersatukan kaum muslimin dengan musyawarah dalam merundingkan masalah-masalah yang dihadapi. Di samping itu, masjid juga menjadi pusat kegiatan pemerintahan, ketiga nabi Muhammad Saw, membentuk kegiatan mua’akhat (Persaudaraan), yaitu mempersaudarakan kaum muhajirin (orang-orang yang hijrah dari mekkah ke Yatsrib) dengan Anshar (orang-orang yang menerima dan membantu kepindahan muhajirin di Yatsrib). Persaudaraan diharapkan dapat mengikat kaum muslimin dalam satu persaudaraan dan kekeluargaan. Nabi Muhamma SAW membentuk persaudaraan yang baru, yaitu persaudaraan seagama, di samping bentuk persaudaraan yang sudah ada sebelumnya, yaitu bentuk persaudaraan berdasarkan darah, keempat, membentuk persahabatan dengan pihak-pihak lain yang tidak beragama Islam, dan kelima, nabi Muhammad Saw membentuk pasukan tentara untuk mengantisipasi gangguan-gangguan yang dilakukan oleh musuh.
Mengomentari tentang perubahan nama Yatsrib menjadi madinah dalam pandangan Nurkholish Madjid, bahwa agenda-agenda polotik kerasulan telah dletakan dan belau bertindak seagai utusan Allah, kepala negara, komandan tentara, dan pemimpin kemasyarakatan. Semua yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. Di Kota hijrah itu merupakan riflekasi dari ide yang terkandung dalam perkataan Arab Madinah, yang secara
Etimologis berarti tempat peradaban yaitu padanan perkataan Yunani polis, (Seperti dalam nama kota constatinopel) dan Madinah dalam arti itu sama berturut-turut, peradaban dan kebudayaan, tapi secara etimologis mempunyai arti pola kehidupan menetap sebagai lawan badawah yang berarti pola kehidupan mengembara, nomad. Oleh karena itu perkataan madinah, dalam peristilahan modern, menunjuk pada semangat dan pengertian civil society suatu istilah inggris yang berarti “masyarakat sopan, beradab, dan teratur” dalam bentuk negara yang baik. Dalam arti inilah harus dipahami kata-kata hikmah dalam bahasa Arab, (Alinsanu madniy-un bi Ath-thab’-i)” manusia menurut naturnya adalah bermasyarakat budaya” merupakan padanan adagium terkenal Yunani bahwa manusia adalah zoon politicon.
Munawir Syadzali menguraikan bahwa dasar-dasar kenegaraan yang terdapat dalam piagam Madinah adalah pertama, umat islam merupakan satu komunitas (umat) meskipun berasal dari suku yang beragam; dan kedua, hubungan antara sesama anggota komunitas Islam dan antara anggota  komunitas islam dengan komunitas-komunitas lain didasarkan atas prinsip-prinsip:
a).        Bertetangga baik
b).        Saling membantu dalam menghadapi musuh bersama
c).        Membela mereka yang dianiaya
d).        Saling menasehati
e).        Menghormati kebebasan beragama.
D.        Perbedaan Kerasulan Muhammad Saw dengan Rasul-rasul sebelumnya
Perbedaan pokok antara kerasulan Muhammad Saw. Dengan Rasul-rasul, yaitu :
1.         Rasulullah Muhammad saw diutus untuk seluruh umat manusia, sedangkan rasul-rasul lain hanya untuk kaumnya saja.
2.         Rasulullah Muhammad saw diutus untuk memperbaiki dan menyempurnakan akidah dan akhlak seluruh umat manusia di dunia. Hal itu disebabkan Muhammad saw sebagai rasul yang terakhir penutup dari rasul-rasul sebelumnya. Sedangkan rasul-rasul sebelumnya oleh Allah diutus hanya untuk memperbaiki Nabi Isa a.s. untuk bangsa Israel.
3.         Pengajaran yang dibawa Nabi Muhammad saw berlaku untuk sepanjang masa sampai hari Kiamat, sedangkan pengajaran rasul-rasul sebelum Nabi Muhammad saw. Hanya berlaku pada saat tertentu saja.
4.         Nabi Muhammad saw sebagai Rasulullah dilengkapi dengan sifat dan akhlak mulia sehingga menjadi contoh atau tauladan bagi kehidupan manusia.
5.         Sebelum Muhammad saw diangkat menjadi utusan Allah, beliau telah dilengkapi Allah dengan sifat-sifat yang mulia yang diperlukan bagi seorang pemimpin manusia.
6.         Semua sifat baik dan mulia terkumpul dalam diri Nabi Muhammad saw  sehingga beliau disebut sebagai “Uswatun Hasanah” sebagaimana bunyi ayat Al-Qur’an surah Al-Ahzab Ayat 21 yang artinya sebagai berikut :
a.         “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu.”
b.         “Dan sesungguhnya Kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.”
7.         Muhammad saw telah memberikan contoh tauladan yang paling sempurna bagi manusia dalam segala kehidupan dan berlaku sepanjang masa. Sebagaimana salah satu ajarannya bahwa kebahagiaan hidup seseorang bergantung kepada usahanya sendiri. Jadi, hendaknya manusia berusaha mencari kebahagiaan di dunia seperti seolah akan mati esok harinya.
8.         Keagungan dan kemuliaan akhlak Muhammad saw didasarkan kepada ajaran-ajaran Allah yang dibawanya.
9.         Muhammad saw dilengkapi degan kecakapan kecakapan tertentu sehingga sanggup menjadi pemimpin masyarakat dan negara.
10.       Berdasarkan ajaran-ajaran Allah Swt yang diterima dan kecakapan-kecakapan yang dimiliki, Rasulullah telah dapat menegakkan pokok-pokok dasar susunan masyarakat yang lengkap, baik dalam segi sosial, politik, ekonomi kenegaraan maupun dalam segi agama dan kehidupan beragama.
11.       Bangsa Arab yang semula hidup dalam alam kejahiliyahan
telah diubah menjadi bangsa yang maju dan disenangi bangsa lain, bangsa yang semula hina dan tidak dikenal menjadi umat yang terhina keseluruh dunia. Umat yang semula pecah-pecah dan senantiasa berperang, menjadi umat yang kokoh kuat persatuannya dalam ikatan persaudaraan seagama yang erat.
12.       Muhammad saw telah memanfaatkan kekuatan-kekuatan batinnya untuk mengantarkan manusia hidup dalam kebahagiaan, yaitu ilmu yang dalam dan luas, kemauan yang kuat tidak mengenal putus asa, serta berperikemanusiaan dan kesusialaan yang agung dan tinggi.
13.       Muhammad Saw menyampaikan ajaran-ajaran yanglengkap dan sempurna dalam segi agama dan kehidupan sosial.
15.       Dalam bidang agama telah diajarkan tiga pokok tiang agama, yaitu agama, akhlak dan amal shaleh/kemasyaakatan.




 
BAB III
PENUTUP
A.        Kesimpulan
            Dari Sejarah peradaban Islam pada masa Nabi Muhammad Saw ini dapat disimpulkan bahwa ternyata peradaban Islam pada masanya sangat luar biasa. Dengan diutusnya beliau di muka bumi ini, beliau membawa perubahan yang begitu besar, mulai dari segi agama, sosial, budaya dan perekonomian. Beliau memang makhluk ciptaan-nya yang luar biasa yang diberi beberapa keistimawaan, sehingga beliau mampu menghadapi kaumnya yang menentang ajarannya, meski hinaan dan cercaan beliu dapatkan, namun itu tidak mengurangi rasa semangatnya untuk menyebarkan agama Islam. Hingga akhirnya Islampun tersebar luas. Hingga Islam bisa kita rasakan sekarang, pada malam jum’at tanggal 17 Ramadhan yaitu ketika beliau bertafakur di Gua Hira turunlah Al-Qur’an melalui pelantara Malaikat Jibril. Itulah awal mula beliau mendapatkan wahyu.
Setiap wahyu yang diterima belau sampaikan kepada umat manusia. Dari berdakwah secara sembunyi-sembunyi hingga berdakwah secara terang-terangan.
Revolusi Islam bersumber dari A-Qur’an dan Hadits telah membangun suatu kebudayaan baru, kebudayaan Islam di atas puing-puing kebudayaan Jahiliyah, Pokok-pokok ajaran Islam yang mempengaruhi kehidupan bangsa Arab dan dunia pada umumnya ada tiga bagian, yaitu akidah, amal dan akhlak.
B.        Saran 
            Harapan penulis semoga apa yang ada di dalam makalah ini bisa banyak diambil manfaatnya khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca. Alangkah baiknya jikalau kita sebagai umat nabi Muhammad saw meneladani segala perbuatannya. Menjalankan syariat yang beliau sampaikan kepada kita. Karena sebaik-baiknya suri tauladan hanyalah beliau. Tidak pantas dan tidak selayaknya kita mengingkari ajarannya.
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Sugiyono dkk. 2012. Sejarah Kebudayaan Islam 1, Solo: Tiga Serangkai.
Syalabi. 1994. Sejarah Kebudayaan Iskam jilid , Jakatrta: Putaka Al-Husna.
Internet :
pistai.blogspot.com/2009/03/sejarah-arab-masa-nabi-muhammad-saw.html





Tidak ada komentar:

Posting Komentar