MAKALAH
TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISME DAN IMPLIKASINYA
Diajukan sebagai salah satu tugas kelompok pada Mata Kuliah
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Dosen
Disusun Oleh
Elis Fitriani
Maisaroh
Tania Lisnawati
Ayu Sumarliati
|
: Joe
: Kelompok 9
: 14102032011CA
: 14102032007CA
: 14102032004CA
: 14102032012CA
|
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
SERANG - BANTEN
TAHUN AKADEMIK 2014/2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISME DAN
IMPLIKASINYA” Makalah ini berisikan
tentang Klasifikasi ilmu pengetahuan, sifat-sifat ilmu pengetahuan dan
cabang-cabang ilmu biologi. Kami mengharapkan makalah ini dapat memberikan
informasi kepada kita semua tentang hal terseebut.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada
semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Serang, 15 April 2015
Penyusun
|
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR…………………………………………………................. i
DAFTAR
ISI……………………………………………………....……............... ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................
1
A.
Latar Belakag
Masalah………………………………………...…............. 1
B.
Rumusan
Masalah……………………………………………....…........... 2
C.
Tujuan
Penulisan…………………………………………......................... 3
BAB II TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISME DAN IMPLIKASINY... 4
A.
Pengertian
Konstruktifivisme………………………………………......... 4
B.
Klasifikasi
Pendekatan Berbasis Konstruktivisme…................................ 6
C.
Karakteristik
Penerapan Konstruktivisme dalam Pembelalajaran.............. 8
D.
Implikasi Teori
Konstruktivisme……….........…………………………... 9
E.
Peranan Guru dalam
Kelas Berbasis Konstruktivisme............................. 11
BAB III PENUTUP.......................................................................... ……...........
13
A.
Kesimpulan……………………………………………………...............
13
B.
Saran……………………………………………………………..............
14
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... ……...........
15
A.
Pendahuluan
Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, informasi dan komunikasi
telah membawa perubahan di hampir semua aspek kehidupan manusia. Laju
perkembangan itu sangat luas hingga hampir. mencakup seluruh kehidupan manusia,
khususnya di bidang teknologi informasi dan komunikasi. Inilah yang
melatarbelakangi perlunya penerapan iptek di bidang pendidikan.
Meski demikian banyak permasalahan pendidikan yang harus dipecahkan
bersama. Berbagai permasalahan hanya dapat dipecahkan dengan upaya penguasaan
dan peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi. Banyak permasalahan dan
tantangan yang berkaitan dengan dunia pendidikan di Indonesia di era
globalisasi. Salah satu permasalahan pendidikan mendasar yang dihadapi oleh
bangsa Indonesia saat ini adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang
dan satuan pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah.
Profil pendidikan di Indonesia ternyata sangatlah kompleks, berbeda
dengan pendidikan di negara lain. Sebagai gambaran bahwa mutu pendidikan
Indonesia dianggap oleh banyak kalangan masih rendah. Agar mampu berperan dalam
persaingan global terutama dalam meningkatkan mutu pendidikan, maka perlu terus
mengembangkan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusianya terlebih dahulu.
Oleh karena itu, peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan kenyataan
yang harus dilakukan secara terencana, terarah, intensif, efektif dan efisien
dalam proses pembangunan. SDM yang sangat berperan dalam rangka peningkatan
mutu pendidikan di Indonesia adalah guru sebagai pendidik dan siswa sendiri
sebagai generasi penerus dan harapan bangsa.
Berkaitan dengan kualitas SDM, pendidikan memegang peran yang
sangat penting. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan suatu proses yang
terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas SDM itu sendiri. Menyadari
pentingnya proses peningkatan kualitas SDM, maka pemerintah bersama-sama dengan
berbagai kalangan akan terus berupaya mewujudkan amanat itu melalui
pengembangan dan perbaikan kurikulum dan sistem evaluasi, perbaikan sarana pendidikan,
pengembangan dan pengadaan materi ajar, serta pelatihan bagi guru dan tenaga
kependidikan lainnya.
Bentuk penerapan penggunaan teknologi di bidang pendidikan tersebut
berupa pengenalan komputer dan perangkat TIK lainnya, pembelajaran tentang
komputer dan TIK, penggunaan komputer dan TIK untuk belajar dan pembelajaran,
komputer dan perangkat TIK digunakan sebagai media untuk membantu dan
mempermudah kegiatan pembelajaran. Bidang pendidikan yang utama menjadi
perhatian adalah pendidikan formal, yaitu pada jenjang Sekolah Dasar, Sekolah
Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan serta
Perguruan Tinggi.
Pandangan teori belajar konstruktivisme bukanlah hal yang baru,
akan tetapi merupakan penggabungan dari berbagai pendekatan. konstruktivisme
adalah teori tentang pengetahuan dan belajar, yang menguraikan tentang apa itu
“mengetahui” (knowing) dan bagaimana seseorang “menjadi tahu” (comes to know) .
Kontruktivis memandang ilmu pengetahuan bersifat non-objective, temporer, dan
selalu berubah.
Belajar menurut konstruktivis sebagai penyusunan pengetahuan dari
pengalaman kongkrit, melalui aktifitas kolaboratif, refleksi dan interpretasi.
Aktivitas yang demikian memungkinkan pemelajar memiliki pemahaman yang berbeda
terhadap pengetahuan tergantung pada pengalamannya dan perspektf yang dipakai
dalam menginterpretasikannya. Sementara pembelajaran merupakan aktivitas
pengaturan lingkungan agar terjadi proses belajar, yaitu interaksi si pemelajar
dengan lingkungannya.
A.
Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud
dengan teori belajar konstruktivisme?
2. bagaimana karakteristik
penerapan teori konstruktivisme?
3. Bagaimana Implikasinya?
4. Bagaimana peranan
guru dalam teori ini?
5. apa saja ciri-ciri dari teori konstruktivisme?
B.
Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini antara lain:
1.
Untuk
memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Pendidikan
Psikologi pendidikan.
2. Untuk menambah
pengetahuan tentang Psikologi pendidikan.
3. Untuk dapat
mengimplementasikan teori ini dalam pembelajaran
BAB II
TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISME DAN IMPLIKASINYA
A.
Pengertian Konstruktifivisme
Konstruktivisme
merupakan pendekatan dalam psikologi yang berkeyakinan bahwa anak dapat
membangun pemahaman dan pengetahuannya sendiri tentang dunia di sekitarnya atau
dengan kata lain, anak dapat membelajarkan dirinya sendiri melalui berbagai
pengalamannya.
Kemampuan
ini dapat dilihat dari kemampuan anak dalam menghadapi situasi baru dengan
menggunakan pengalaman dan pengetahuan yang telah dimilikinya. Anak mencoba
menyesuaikan dirinya dengan situasi baru tersebut. Misalnya, untuk memotong
diperlukan pisau, apabila pisau tidak ada, maka anak tersebut mencoba berbagai
hal berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimilikinya, antara lain;
anak akan mematahkan bendayang akan dipotongnya dengan kedua tangannya atau ia
menggunakan alat lain yang dapat dipakai untuk memotong. Oleh sebab itu, dalam
memecahkan masalah yang dihadapinya, anak tersebut akan mengajukan berbagai
pertanyaan yang relevan, kemudian melakukan eksplorasi yang diikuti dengan
mengevaluasi apakah pengetahuan yang telah dimilikinya dapat diterapkan dalam
memecahkan masalah yang dihadapinya, Berdasarkan hal tersebut, maka
pembelajaran menurut konstruktivisme adalah mendorong siswa dalam menggunakan
pengalaman dan pengetahuannya untuk memecahkan masalah yang dihadapinya atau
selanjutnya siswa dapat membangun pengetahuannya sendiri sebagai hasil dari
pemahamannya terhadap masalah yang dipecahkannya.
Konstruktivisme
dikembangkan berdasarkan paham behaviorisme yang memandang manusia berada dalam
kotak hitam atau black box dan kognitivisme yang memandang pukiran
manusia merupakan hal yang penting dalam memahmi dan memaknai sesuatu yang
dihadapinya. Perpaduan kedua pandangan yang berbeda tentang manusia dan cara
belajar manusia dalam pertumbuhan dan perkembangannya membuat penerapan kedua
teori tersebut menjadi lebih sempurna. Kognitivisme berkeyakinan bahwa belajar
merupakan proses bersifat internal dan personal pada waktu manusia memberikan
interpretasi dan memberi makna terhadap pengalamannya. Sebaliknya, behaviorisme
beranggapan bahwa belajar merupakan hubungan antara stimulus dan respons.
Artinya, proses belajar terjadi tanpa melibatkan individu yang belajar secara
aktif, yang dilakukan oleh individu yang belajar belajar hanyalah memberikan
respons terhadap stimulus yang telah diatur oleh pengelola proses pembelajaran
terjadi di dalam diri manusia.
Pendidikan dan pembelajaran yang menerapkan pendekatan konstruktivisme memiliki
ciri-ciri sebagai berikut
Ø Berbagai materi dan konsep
disajikan dalam berbagai perspektif dan konteks.
Ø Tujuan pendidikan dan pembelajaran diterapkan bersama oleh siswa dan guru.
Ø Pendidik berperan sebagai pembimbing, mediator, monitor, dan fasilitator
serta monitor.
Ø Berbagai kegiatan belajar, kesempatan, sarana dan prasarana disiapkan untuk
mendorong perkembangan metakognitif, kemampuan analitis secara mandiri,
kemampuan mengontrol dan merefleksikan diri secara mandiri.
Ø Siswa harus memegang peranan penting dalam mengontrol dan memediasi proses
belajar.
Ø Situasi belajar, lingkungan belajar, keterampilan, isi dan tugas-tugas
belajar menerapkan prinsiprelevansi,
realistik, autentik, dan mempresentasikan dunia nyata yang secara alami
bersifat kompleks.
Ø Penekanan hasil belaiar tidak hanya pada hasil belajar, tetapi pada proses
mengkonstruksi pengetahuan.
Ø Pengkonstruksi, pengetahuan oleh siswa berlangsung, baik secara individual
maupun melalui negosiasi sosial, kolaboratif dan pengalaman aktual.
Ø Pengetahuan yang telah dibangun siswa pada masa sebelumnya, keyakinan dan
sikap yang telah dimiliki siswa merupakan bahan-bahan pertimbangan penting
dalam membangun pengetahuan barunya.
Ø Pemecahan masalah, penerapan proses berpikir tingkat tinggi, dalam
pemahaman yang mendalam dan komprehensif merupakan hal-hal yang menjadi
penekanan dalam proses pembelajaran.
Ø Kesalahan dipandang sebagai peluang dalam usaha memahami dan membangun
pengetahuan yang baru.
Ø Explorasi merupakan kegiatan pembelajaran yang diterapkan dengan tujuan
untuk mendorong siswa dalam mencari dan membangun pengetahuannya sendiri secara
mandiri untuk mecapai tujuan yang telah diterapkannya.
Ø Siswa diharapkan pada berbagai kesempatan yang memberi peluang untuk
mempelajari berbagai tugas belajar yang secara berharap ditingkatkan
kesulitannya melalui interelasi berbagai konsep dan berbagai disiplin ilmu.
Ø Penerapan metode kerjakelompok merupakan isu utama dalam mengungkapkan
berbagai alternatif dan berbagai pandangan dalam pemecahan suatu masalah.
Ø Pembelajaran berbasis konstruktivisme menerapkan asesmen autentik.
B.
Klasifikasi Pendekatan berbasis Konstruktivisme
Pada
hakikatnya, baik kognitivisme maupun behaviorisme mengandung aspek-aspek yang
berkaitan dengan konstruktivisme. Misalnya, apabila guru dalam melakukan scaffolding
memilih situasi dan strategi belajar yang dianggapnya sesuai dengan
kebutuhan siswa maka ia telah menggunakan prinsip-prinsipkonstruktivisme yang
dilandasi oleh behaviorisme.
Apabila
guru meminta siswa memecahkan masalah yang dihadapinya dengan menggunakan schemata
yang dimilikinya, maka ia menerapkan kponstruktivisme dengan berlandaskan
kognitivisme. Dengan demikian, konstruktivisme juga mengandung hal-hal yang
berkaitan dengan keyakinan humanisme dalam memandang manusia, yaitu kebebasan
dalam menentukan pilihan yang sesuai dengan kebutuhan individu yang memilih.
Berdasatkan
ha-hal tersebut, maka pada hakikatnya konstruktivisme dapat dibedakan ke dalam
dua kelompok, yaitu konstruktivisme kognitif dan konstruktivisme sosial.
1.
Konstruktivisme
Kognitif
Konstruktivisme kognitif merupakan konstruktivisme yang menekankan
proses kognitif. Dalam hal ini, individu yang belajar memahami sesuatu sesuai
dengan tahap perkembangan kognitif dan cara belajarnya. Para ahli yang
mengembangkan pendekatan ini diantaranya adalah:
1). Piager; dengan
tahapan perkembangan kognitif dan proses asimilasi, akomodasi dan ekuilibrium
yang dilakukan individiu dalam memecahkan masalah yang dihadapinya
diterapkan individu dalam memecahkan masalah yang dihadapinya
sesuai dengan tingkat perkembangan kognitifnya dan dapat bergerak melampaui
perkembangan kognitifnya melalui proses pembelajaran yang menekankan inquiry
dan discovery
3). Dewey; yang
terkenal dengan pendekatan pembelajaran yang dikenal dengan learning by
doing.
2. Konsrtruktivisme
Sosial
Konstruktivisme
Sosial yaitu Konsttruktivisme yang menekankan prosesdalam memaknai dan memahami
sesuatu dengan bantuan orang-orang di sekitar individu. Ahli yang mengembangkan
pendekatan ini adalah Vigostsky yangterkenal dengan ZPD dan scaffolding.
Ratumanan
(2004:45) mengemukakan bahwa karya Vygotsky didasarkan pada dua ide utama. Pertama,
perkembangan intelektual dapat dipahami hanya bila ditinjau dari konteks
historis dan budaya pengalaman anak. Kedua, perkembangan bergantung pada
sistem-sistem isyarat mengacu pada simbol-simbol yang diciptakan oleh budaya
untuk membantu orang berfikir, berkomunikasi dan memecahkan masalah, dengan
demikian perkembangan kognitif anak mensyaratkan sistem komunikasi
budaya dan belajar menggunakan sistem-sistem ini untuk menyesuaikan
proses-proses berfikir diri sendiri.
Menurut
Slavin (Ratumanan, 2004:49) ada dua implikasi utama teori Vygotsky
dalam pendidikan. Pertama,
dikehendakinya setting kelas berbentuk pembelajaran kooperatif antar kelompok-kelompok siswa
dengan kemampuan yang berbeda, sehingga siswa dapat berinteraksi dalam
mengerjakan tugas-tugas yang sulit dan saling memunculkan strategi-strategi
pemecahan masalah yang efektif di dalam daerah pengembangan terdekat/proksimal
masing-masing. Kedua, pendekatan Vygotsky dalam pembelajaran
menekankan perancahan (scaffolding). Dengan scaffolding, semakin lama siswa
semakin dapat mengambil tanggungjawab untuk pembelajarannya sendiri.
a.
Pengelolaan
pembelajaran
Interaksi
sosial individu dengan lingkungannya sengat mempengaruhi perkembanganbelajar
seseorang, sehingga perkemkembangan sifat-sifat dan jenis manusia akan
dipengaruhi oleh kedua unsur tersebut. Menurut Vygotsky dalam Slavin (2000),
peserta didik melaksanakan aktivitas belajar melalui interaksi dengan orang
dewasa dan teman sejawat yang mempunyai kemampuan lebih. Interaksi sosial ini
memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual peserta
didik.
b.
Pemberian
bimbingan
Menurut
Vygotsky, tujuan belajar akan tercapai dengan belajar menyelesaikan tugas-tugas
yang belum dipelajari tetapi tugas-tugas tersebut masih berada dalam daerah
perkembangan terdekat mereka (Wersch,1985), yaitu tugas-tugas yang terletak di
atas peringkat perkembangannya. Menurut Vygotsky, pada saat peserta didik
melaksanakan aktivitas di dalam daerah perkembangan terdekat mereka, tugas yang
tidak dapat diselesaikan sendiri akan dapat mereka selesaikan dengan bimbingan
atau bantuan orang lain.
C.
Karakteristik Penerapan Konstruktivisme dalam Pembelalajaran
Teori
Konstruktivisme yang dikembangkan oleh
Vigotsky pada tahap selanjutnya diperluas oleh ahli-ahli terkiat melalui
berbagai penelitian yang dilakukan mereka. Dari berbagai hasil penelitian
tersebut dapat disintesis karakteristik konsep-konsep konstruktivisme dalam pendidikan, seperti yang dijelaskan berikut
ini:
a.
Konsep penting dalam
penerapan konstruktivisme di bidang pendidikan
adalah zone of proximal development yang diterapkan melalui scaffolding,
yaitu suatu proses pemberian bimbingan pada siswa berdasarkan pengetahuan dan
keterampilan yang telah dimilikinya kepada apa yang harus diketahuinya.
b.
Di dalam pengembangan
keterampilan dalam pemecahan masalah, perlu dipertimbangkan
·
Keterampilan yang belum
dikuasai siswa;
·
Keterampilan yang tidak
dapat dilakukan siswa;
·
Keterampilan yang
mungkin dapat dilakukan siswa;
·
Keterampilan yang dapat
dilakukan siswa dengan bantuan orang lain;
c.
Guru yang bijaksana
memberikan dukungannya pada siswa dalam usahanya mencapai perkembangannya
secara optimal. Oleh sebab itu, Scaffolding merupakan aspek yang penting di dalam proses
pembelajaran.
d.
Proses
pembelajaran yang menerapkan prinsip
konstruktivisme dikelola melalui pendekatan lingkungan secara nyata yang
dilakukan dengan berbagai kegiatan nyata yang dilakukan dengan berbagai
kegiatan nyata.
D.
Implikasi teori konstruktivisme
Implikasi teori konstruktivisme
pada pembelajaran diantaranya :
a). Setiap guru akan pernah mengalami bahwa suatu materi telah dibahas dengan jelas-jelasnya namun masih ada sebagian siswa yang belum mengerti ataupun tidak mengerti materi yang diajarkan sama sekali. Hal ini menunjukkan bahwa seorang guru dapat mengajar suatu materi kepada sisiwa dengan baik, namun seluruh atau sebagian siswanya tidak belajar sama sekali. Usaha keras seorang guru dalam mengajar tidak harus diikuti dengan hasil yang baik pada siswanya. Karena, hanya dengan usaha yangkeras para sisiwa sedirilah para siswa akan betul-betul memahami suatu materi yang diajarkan.
a). Setiap guru akan pernah mengalami bahwa suatu materi telah dibahas dengan jelas-jelasnya namun masih ada sebagian siswa yang belum mengerti ataupun tidak mengerti materi yang diajarkan sama sekali. Hal ini menunjukkan bahwa seorang guru dapat mengajar suatu materi kepada sisiwa dengan baik, namun seluruh atau sebagian siswanya tidak belajar sama sekali. Usaha keras seorang guru dalam mengajar tidak harus diikuti dengan hasil yang baik pada siswanya. Karena, hanya dengan usaha yangkeras para sisiwa sedirilah para siswa akan betul-betul memahami suatu materi yang diajarkan.
b). Tugas setiap guru
dalam memfasilitasi siswanya, sehingga pengetahuan materi yang dibangun atau
dikonstruksi para siswa sendirisan bukan ditanamkan oleh guru. Para sisiwa
harus dapat secara aktif mengasimilasikan dan mengakomodasi pengalaman baru
kedalam kerangka kognitifnya.
c). Untuk
mengajar dengan baik, guru harus memahami model-model mental yang digunakan
para siswa untuk mengenal dunia mereka dan penalaran yang dikembangkan dan yang
dibuat para sisiwa untuk mendukung model-model itu.
d). Siswa perlu mengkonstruksi pemahaman yang mereka sendiri untuk masing-masing konsep materi sehingga guru dalam mengajar bukannya “menguliahi”, menerangkan atau upaya-upaya sejenis untuk memindahkan pengetahuan pada siswa tetapi menciptakan situasi bagi siswa yang membantu perkembangan mereka membuat konstruksi-konstruksi mental yang diperlukan.
e). Kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadisituasi yang memungkinkan pengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksi oleh peserta didik.
f). Latihan memecahkan masalah seringkali dilakukan melalui belajar kelompok dengan menganalisis masalah dalam kehidupan sehari-hari.
g). Peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang sesuai dengan dirinya. Guru hanya sebagai fasilitator, mediator, dan teman yang membuat situasi kondusif untuk terjadinya konstruksi engetahuan pada diri peserta didik.sedangkan Pandangan Konstruktivisme Tentang Belajar adalah sebagai berikut:,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
1. Konstruktivisme memandang bahwa pengetahuan non objektif, bersifat temporer, selalu berubah dan tidak menentu........................................
2. Belajar adalah penyusunan pengetahuan dari dari pengalaman konkrit, aktifitas kolaboratif dan refleksi dan interpretasi.......................................................
3. Seseorang yang belajar akan memiliki pemahaman yang berbeda terhadap pengetahuan tergantung pengalamannya dan perspektif yang di dalam menginterprestasikannya.
d). Siswa perlu mengkonstruksi pemahaman yang mereka sendiri untuk masing-masing konsep materi sehingga guru dalam mengajar bukannya “menguliahi”, menerangkan atau upaya-upaya sejenis untuk memindahkan pengetahuan pada siswa tetapi menciptakan situasi bagi siswa yang membantu perkembangan mereka membuat konstruksi-konstruksi mental yang diperlukan.
e). Kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadisituasi yang memungkinkan pengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksi oleh peserta didik.
f). Latihan memecahkan masalah seringkali dilakukan melalui belajar kelompok dengan menganalisis masalah dalam kehidupan sehari-hari.
g). Peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang sesuai dengan dirinya. Guru hanya sebagai fasilitator, mediator, dan teman yang membuat situasi kondusif untuk terjadinya konstruksi engetahuan pada diri peserta didik.sedangkan Pandangan Konstruktivisme Tentang Belajar adalah sebagai berikut:,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
1. Konstruktivisme memandang bahwa pengetahuan non objektif, bersifat temporer, selalu berubah dan tidak menentu........................................
2. Belajar adalah penyusunan pengetahuan dari dari pengalaman konkrit, aktifitas kolaboratif dan refleksi dan interpretasi.......................................................
3. Seseorang yang belajar akan memiliki pemahaman yang berbeda terhadap pengetahuan tergantung pengalamannya dan perspektif yang di dalam menginterprestasikannya.
E. Peranan Guru Dalam Kelas Berbasis
Konstruktivisme
Pandangan konstruktivisme tentang proses perkembangan
manusia memengaruhi berbagai kebijakan dan tindakan yang diterapkan di dalam
dunia pendidikan dan pembelajaran,, seperti yang dijelaskan berikut ini.
Ø Konstruktivisme memodifikasi teori pendidikan dan pembelajaran ke arah yang
lebih manusiawi dengan memadukan kemampuan yang ada di dalam diri individu
dengan lingkungan yang ada di sekitarnya serta pemberian kesempatan pada anak
untuk menentukan strategi belajarnya, lingkungan belajarnya, proses dan
kecepatan belajarnya.
Ø Konstruktivisme memodifikasi tugas dan peranan guru dari bersifat
menentukan berubah menjadi memberikan bantuan kepada siswa dalam mengkonstruksi
pemahaman dan pengetahuannya. Oleh sebab itu, dalam proses pembelajaran, fungsi
dan peranan guru adalah sebagai fasilitator, mediator , dan motivator.
a. Guru adalah fasilitator
Sebagai fasilitator, guru perlu menyediakan media dan peralatan yang
diperlukan siswa untuk memecahkan masalah dan melakukan kegiatan inquiry (penyelidikan)
dan discovery (penemuan). Oleh sebab itu, dalam prosespembelajaran, guru yang
dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam menganalisis, memprediksi sehingga
secara kreatif membangun pengetahuannya seendiri.
b. Gurumerupakan mediator
Sebagai mediator dalam proses pembelajaran, guru perlu dengan mengatur,
lingkungan belajar yang bersifat problem based learning atau belajar
berdasarkan masalah yang dihadapi yang membuat siswa mampu memformulasikan dan
mengevaluasi ide-idenya, menarik kesimpulan dan memahami implikasinya,
sertamenyediakan lingkungan belajar yang memungkinkan siswa bekerja sama secara
kolaboratif dengan siswa lainnya. Dengan demikian, guru memberikan kesempatan
pada siswa untuk menggunakan strategi belajar yang dipilihnya sendiri.
c. Guru adalah motivator
Sebagai motivator dalam proses belajar siswa, guru dapat meakukannya dengan
jlan mendorong siswa untuk melaksanakan brain storming atau bertukar pikiran,
berdiskusi dengan pihak-pihak terkait apabila diperlukannya. Selanjutnya, guru
juga perlu mendorong siswa untuk menggunakan berbagai pengalaman dan
pengetahuan yang telah dimilikinya dalam memecahkan masalah yang dihadapinya.
Dengan demikian, guru yang menerapkan pendekatan konstruktivisme menghargai
autonomi dan inisiatif siswa.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Belajar menurut konstruktivisme adalah suatu proses
mengasimilasikan dan mengkaitkan pengalaman atau pelajaran yang dipelajari
dengan pngertian yang sudah dimilikinya, sehingga pengetahuannya dapat dikembangkan.
Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu
makna dari apa yang dipelajari. Beda dengan aliran behavioristik yang memahami
hakikat belajar sebagai kegiatan yang bersifat mekanistik antara stimulus
respon, kontruktivisme lebih memahami belajar sebagai kegiatan manusia
membangun atau menciptakan pengetahuan dengan memberi makna pada pengetahuannya
sesuai dengan pengalamanya. Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan yang baru, apa yang dilalui dalam kehidupan kita selama ini
merupakan himpunan dan pembinaan pengalaman demi pengalaman. ini menyebabkan
seseorang mempunyai pengetahuan dan
menjadi lebih dinamis.
Menurut teori ini, satu prinsip yang mendasar adalah guru tidak
hanya memberikan pengetahuan kepada siswa, namun siswa juga harus berperan
aktif membangun sendiri pengetahuan di dalam memorinya. Dalam hal ini, guru
dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan membri kesempatan kepada
siswa untuk menemukan atau menerapkan ide – ide mereka sendiri, dan mengajar
siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk
belajar. Guru dapat memberikan siswa anak tangga yang membawa siswa ke tingkat
pemahaman yang lebih tinggi dengan catatan siswa sendiri yang mereka tulis
dengan bahasa dan kata – kata mereka sendiri.
Dari uraian tersebut dapat dikatakan, bahwa makna belajar menurut
konstruktivisme adalah aktivitas yang aktif, dimana pesrta didik membina
sendiri pengtahuannya, mencari arti dari apa yang mereka pelajari dan merupakan
proses menyelesaikan konsep dan idea-idea baru dengan kerangka berfikir yang
telah ada dan dimilikinya.
Dalam mengkonstruksi pengetahuan tersebut peserta didik diharuskan
mempunyai dasar bagaimana membuat hipotesis dan mempunyai kemampuan untuk
mengujinya, menyelesaikan persoalan, mencari jawaban dari persoalan yang
ditemuinya, mengadakan renungan, mengekspresikan ide dan gagasan sehingga
diperoleh konstruksi yang baru.
Berkaitan
dengan konstruktivisme, terdapat dua teori belajar yang dikaji dan dikembangkan
oleh Jean Piaget dan Vygotsky.
B.
Saran
Saran yang dapat penulis berikan pada penulisan makalah ini adalah
sebaiknya sistem pembelajaran
DAFTAR PUSTATAKA
Prof. Dr.
Martini jamaris, M.Sc.Ed. 2013. Orientsi Barudalam Psikologi Pendidikan Bogor,
Ghalia Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar