Kamis, 05 November 2015

PSIKOLOGI PENDIDIKAN teori belajar konstruktivisme dan implikasinya

MAKALAH
TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISME DAN IMPLIKASINYA
Diajukan sebagai salah satu tugas kelompok  pada Mata Kuliah
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Dosen

Disusun Oleh
Elis Fitriani
Maisaroh
Tania Lisnawati
Ayu Sumarliati
: Joe

: Kelompok 9
: 14102032011CA
: 14102032007CA
: 14102032004CA
: 14102032012CA











SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
SERANG - BANTEN

TAHUN AKADEMIK 2014/2015

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISME DAN IMPLIKASINYA” Makalah ini berisikan tentang Klasifikasi ilmu pengetahuan, sifat-sifat ilmu pengetahuan dan cabang-cabang ilmu biologi. Kami mengharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang hal terseebut.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.


Serang, 15 April 2015




Penyusun






DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………................. i
DAFTAR ISI……………………………………………………....……............... ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................... 1
A.    Latar Belakag Masalah………………………………………...…............. 1
B.     Rumusan Masalah……………………………………………....…........... 2
C.     Tujuan Penulisan…………………………………………......................... 3
BAB II TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISME DAN IMPLIKASINY... 4
A.    Pengertian Konstruktifivisme………………………………………......... 4
B.     Klasifikasi Pendekatan Berbasis Konstruktivisme…................................ 6
C.     Karakteristik Penerapan Konstruktivisme dalam Pembelalajaran.............. 8
D.    Implikasi Teori Konstruktivisme……….........…………………………... 9
E.     Peranan Guru dalam Kelas Berbasis Konstruktivisme............................. 11
BAB III PENUTUP..........................................................................            ……........... 13
A.    Kesimpulan……………………………………………………............... 13
B.     Saran…………………………………………………………….............. 14
DAFTAR PUSTAKA            ....................................................................... ……........... 15
 BAB I
A.                Pendahuluan
Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, informasi dan komunikasi telah membawa perubahan di hampir semua aspek kehidupan manusia. Laju perkembangan itu sangat luas hingga hampir. mencakup seluruh kehidupan manusia, khususnya di bidang teknologi informasi dan komunikasi. Inilah yang melatarbelakangi perlunya penerapan iptek di bidang pendidikan.
Meski demikian banyak permasalahan pendidikan yang harus dipecahkan bersama. Berbagai permasalahan hanya dapat dipecahkan dengan upaya penguasaan dan peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi. Banyak permasalahan dan tantangan yang berkaitan dengan dunia pendidikan di Indonesia di era globalisasi. Salah satu permasalahan pendidikan mendasar yang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah.
Profil pendidikan di Indonesia ternyata sangatlah kompleks, berbeda dengan pendidikan di negara lain. Sebagai gambaran bahwa mutu pendidikan Indonesia dianggap oleh banyak kalangan masih rendah. Agar mampu berperan dalam persaingan global terutama dalam meningkatkan mutu pendidikan, maka perlu terus mengembangkan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusianya terlebih dahulu. Oleh karena itu, peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan kenyataan yang harus dilakukan secara terencana, terarah, intensif, efektif dan efisien dalam proses pembangunan. SDM yang sangat berperan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan di Indonesia adalah guru sebagai pendidik dan siswa sendiri sebagai generasi penerus dan harapan bangsa.
Berkaitan dengan kualitas SDM, pendidikan memegang peran yang sangat penting. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas SDM itu sendiri. Menyadari pentingnya proses peningkatan kualitas SDM, maka pemerintah bersama-sama dengan berbagai kalangan akan terus berupaya mewujudkan amanat itu melalui pengembangan dan perbaikan kurikulum dan sistem evaluasi, perbaikan sarana pendidikan, pengembangan dan pengadaan materi ajar, serta pelatihan bagi guru dan tenaga kependidikan lainnya.
Bentuk penerapan penggunaan teknologi di bidang pendidikan tersebut berupa pengenalan komputer dan perangkat TIK lainnya, pembelajaran tentang komputer dan TIK, penggunaan komputer dan TIK untuk belajar dan pembelajaran, komputer dan perangkat TIK digunakan sebagai media untuk membantu dan mempermudah kegiatan pembelajaran. Bidang pendidikan yang utama menjadi perhatian adalah pendidikan formal, yaitu pada jenjang Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan serta Perguruan Tinggi.
Pandangan teori belajar konstruktivisme bukanlah hal yang baru, akan tetapi merupakan penggabungan dari berbagai pendekatan. konstruktivisme adalah teori tentang pengetahuan dan belajar, yang menguraikan tentang apa itu “mengetahui” (knowing) dan bagaimana seseorang “menjadi tahu” (comes to know) . Kontruktivis memandang ilmu pengetahuan bersifat non-objective, temporer, dan selalu berubah.
Belajar menurut konstruktivis sebagai penyusunan pengetahuan dari pengalaman kongkrit, melalui aktifitas kolaboratif, refleksi dan interpretasi. Aktivitas yang demikian memungkinkan pemelajar memiliki pemahaman yang berbeda terhadap pengetahuan tergantung pada pengalamannya dan perspektf yang dipakai dalam menginterpretasikannya. Sementara pembelajaran merupakan aktivitas pengaturan lingkungan agar terjadi proses belajar, yaitu interaksi si pemelajar dengan lingkungannya.
A.                Rumusan Masalah
1.         Apakah yang dimaksud dengan teori belajar konstruktivisme?
2.         bagaimana karakteristik penerapan teori konstruktivisme?
3.         Bagaimana Implikasinya?
4.         Bagaimana peranan guru dalam teori ini? 
5.         apa saja ciri-ciri dari teori konstruktivisme?
B.                 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini antara lain:
1.                  Untuk memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Pendidikan
Psikologi pendidikan.
2.         Untuk menambah pengetahuan tentang Psikologi pendidikan.
3.         Untuk dapat mengimplementasikan teori ini dalam pembelajaran













BAB II
TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISME DAN IMPLIKASINYA
A.                Pengertian Konstruktifivisme
Konstruktivisme merupakan pendekatan dalam psikologi yang berkeyakinan bahwa anak dapat membangun pemahaman dan pengetahuannya sendiri tentang dunia di sekitarnya atau dengan kata lain, anak dapat membelajarkan dirinya sendiri melalui berbagai pengalamannya.
Kemampuan ini dapat dilihat dari kemampuan anak dalam menghadapi situasi baru dengan menggunakan pengalaman dan pengetahuan yang telah dimilikinya. Anak mencoba menyesuaikan dirinya dengan situasi baru tersebut. Misalnya, untuk memotong diperlukan pisau, apabila pisau tidak ada, maka anak tersebut mencoba berbagai hal berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimilikinya, antara lain; anak akan mematahkan bendayang akan dipotongnya dengan kedua tangannya atau ia menggunakan alat lain yang dapat dipakai untuk memotong. Oleh sebab itu, dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, anak tersebut akan mengajukan berbagai pertanyaan yang relevan, kemudian melakukan eksplorasi yang diikuti dengan mengevaluasi apakah pengetahuan yang telah dimilikinya dapat diterapkan dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, Berdasarkan hal tersebut, maka pembelajaran menurut konstruktivisme adalah mendorong siswa dalam menggunakan pengalaman dan pengetahuannya untuk memecahkan masalah yang dihadapinya atau selanjutnya siswa dapat membangun pengetahuannya sendiri sebagai hasil dari pemahamannya terhadap masalah yang dipecahkannya.
Konstruktivisme dikembangkan berdasarkan paham behaviorisme yang memandang manusia berada dalam kotak hitam atau black box dan kognitivisme yang memandang pukiran manusia merupakan hal yang penting dalam memahmi dan memaknai sesuatu yang dihadapinya. Perpaduan kedua pandangan yang berbeda tentang manusia dan cara belajar manusia dalam pertumbuhan dan perkembangannya membuat penerapan kedua teori tersebut menjadi lebih sempurna. Kognitivisme berkeyakinan bahwa belajar merupakan proses bersifat internal dan personal pada waktu manusia memberikan interpretasi dan memberi makna terhadap pengalamannya. Sebaliknya, behaviorisme beranggapan bahwa belajar merupakan hubungan antara stimulus dan respons. Artinya, proses belajar terjadi tanpa melibatkan individu yang belajar secara aktif, yang dilakukan oleh individu yang belajar belajar hanyalah memberikan respons terhadap stimulus yang telah diatur oleh pengelola proses pembelajaran terjadi di dalam diri manusia.
Pendidikan dan pembelajaran yang menerapkan pendekatan konstruktivisme memiliki ciri-ciri sebagai berikut
Ø    Berbagai materi dan konsep disajikan dalam berbagai perspektif dan konteks.
Ø    Tujuan pendidikan dan pembelajaran diterapkan bersama oleh siswa dan guru.
Ø    Pendidik berperan sebagai pembimbing, mediator, monitor, dan fasilitator serta monitor.
Ø    Berbagai kegiatan belajar, kesempatan, sarana dan prasarana disiapkan untuk mendorong perkembangan metakognitif, kemampuan analitis secara mandiri, kemampuan mengontrol dan merefleksikan diri secara mandiri.
Ø    Siswa harus memegang peranan penting dalam mengontrol dan memediasi proses belajar.
Ø    Situasi belajar, lingkungan belajar, keterampilan, isi dan tugas-tugas belajar  menerapkan prinsiprelevansi, realistik, autentik, dan mempresentasikan dunia nyata yang secara alami bersifat kompleks.
Ø    Penekanan hasil belaiar tidak hanya pada hasil belajar, tetapi pada proses mengkonstruksi pengetahuan.
Ø    Pengkonstruksi, pengetahuan oleh siswa berlangsung, baik secara individual maupun  melalui negosiasi  sosial, kolaboratif dan pengalaman aktual.
Ø    Pengetahuan yang telah dibangun siswa pada masa sebelumnya, keyakinan dan sikap yang telah dimiliki siswa merupakan bahan-bahan pertimbangan penting dalam membangun pengetahuan barunya.
Ø    Pemecahan masalah, penerapan proses berpikir tingkat tinggi, dalam pemahaman yang mendalam dan komprehensif merupakan hal-hal yang menjadi penekanan dalam proses pembelajaran.
Ø    Kesalahan dipandang sebagai peluang dalam usaha memahami dan membangun pengetahuan yang baru.
Ø    Explorasi merupakan kegiatan pembelajaran yang diterapkan dengan tujuan untuk mendorong siswa dalam mencari dan membangun pengetahuannya sendiri secara mandiri untuk mecapai tujuan yang telah diterapkannya.
Ø    Siswa diharapkan pada berbagai kesempatan yang memberi peluang untuk mempelajari berbagai tugas belajar yang secara berharap ditingkatkan kesulitannya melalui interelasi berbagai konsep dan berbagai disiplin ilmu.
Ø    Penerapan metode kerjakelompok merupakan isu utama dalam mengungkapkan berbagai alternatif dan berbagai pandangan dalam pemecahan suatu masalah.
Ø    Pembelajaran berbasis konstruktivisme menerapkan asesmen autentik.
  
B.                 Klasifikasi Pendekatan berbasis Konstruktivisme
Pada hakikatnya, baik kognitivisme maupun behaviorisme mengandung aspek-aspek yang berkaitan dengan konstruktivisme. Misalnya, apabila guru dalam melakukan scaffolding memilih situasi dan strategi belajar yang dianggapnya sesuai dengan kebutuhan siswa maka ia telah menggunakan prinsip-prinsipkonstruktivisme yang dilandasi oleh behaviorisme.
Apabila guru meminta siswa memecahkan masalah yang dihadapinya dengan menggunakan schemata yang dimilikinya, maka ia menerapkan kponstruktivisme dengan berlandaskan kognitivisme. Dengan demikian, konstruktivisme juga mengandung hal-hal yang berkaitan dengan keyakinan humanisme dalam memandang manusia, yaitu kebebasan dalam menentukan pilihan yang sesuai dengan kebutuhan individu yang memilih.
Berdasatkan ha-hal tersebut, maka pada hakikatnya konstruktivisme dapat dibedakan ke dalam dua kelompok, yaitu konstruktivisme kognitif dan konstruktivisme sosial.
1.                  Konstruktivisme Kognitif
Konstruktivisme kognitif merupakan konstruktivisme yang menekankan proses kognitif. Dalam hal ini, individu yang belajar memahami sesuatu sesuai dengan tahap perkembangan kognitif dan cara belajarnya. Para ahli yang mengembangkan pendekatan ini diantaranya adalah:
1).        Piager; dengan tahapan perkembangan kognitif dan proses asimilasi, akomodasi dan ekuilibrium yang dilakukan individiu dalam memecahkan masalah yang dihadapinya
diterapkan individu dalam memecahkan masalah yang dihadapinya sesuai dengan tingkat perkembangan kognitifnya dan dapat bergerak melampaui perkembangan kognitifnya melalui proses pembelajaran yang menekankan inquiry dan discovery
3).        Dewey; yang terkenal dengan pendekatan pembelajaran yang dikenal dengan learning by doing.
2.         Konsrtruktivisme Sosial
                        Konstruktivisme Sosial yaitu Konsttruktivisme yang menekankan prosesdalam memaknai dan memahami sesuatu dengan bantuan orang-orang di sekitar individu. Ahli yang mengembangkan pendekatan ini adalah Vigostsky yangterkenal dengan ZPD dan scaffolding.
Ratumanan (2004:45) mengemukakan bahwa karya Vygotsky didasarkan pada dua ide utama. Pertama, perkembangan intelektual dapat dipahami hanya bila ditinjau dari konteks historis dan budaya pengalaman anak. Kedua, perkembangan bergantung pada sistem-sistem isyarat mengacu pada simbol-simbol yang diciptakan oleh budaya untuk membantu orang berfikir, berkomunikasi dan memecahkan masalah, dengan demikian  perkembangan kognitif anak mensyaratkan sistem  komunikasi budaya dan belajar menggunakan sistem-sistem ini  untuk menyesuaikan proses-proses berfikir diri sendiri.
Menurut Slavin  (Ratumanan, 2004:49)  ada dua implikasi utama teori Vygotsky dalam pendidikan. Pertama, dikehendakinya setting kelas berbentuk pembelajaran kooperatif antar kelompok-kelompok siswa dengan kemampuan yang berbeda, sehingga siswa dapat berinteraksi dalam mengerjakan tugas-tugas yang sulit dan saling memunculkan strategi-strategi pemecahan masalah yang efektif di dalam daerah pengembangan terdekat/proksimal masing-masing. Kedua, pendekatan Vygotsky dalam pembelajaran menekankan perancahan (scaffolding). Dengan scaffolding, semakin lama siswa semakin dapat mengambil tanggungjawab untuk pembelajarannya sendiri.
a.                   Pengelolaan pembelajaran
Interaksi sosial individu dengan lingkungannya sengat mempengaruhi perkembanganbelajar seseorang, sehingga perkemkembangan sifat-sifat dan jenis manusia akan dipengaruhi oleh kedua unsur tersebut. Menurut Vygotsky dalam Slavin (2000), peserta didik melaksanakan aktivitas belajar melalui interaksi dengan orang dewasa dan teman sejawat yang mempunyai kemampuan lebih. Interaksi sosial ini memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual peserta didik.
b.                  Pemberian bimbingan
Menurut Vygotsky, tujuan belajar akan tercapai dengan belajar menyelesaikan tugas-tugas yang belum dipelajari tetapi tugas-tugas tersebut masih berada dalam daerah perkembangan terdekat mereka (Wersch,1985), yaitu tugas-tugas yang terletak di atas peringkat perkembangannya. Menurut Vygotsky, pada saat peserta didik melaksanakan aktivitas di dalam daerah perkembangan terdekat mereka, tugas yang tidak dapat diselesaikan sendiri akan dapat mereka selesaikan dengan bimbingan atau bantuan orang lain.
C.                Karakteristik Penerapan Konstruktivisme dalam Pembelalajaran
Teori Konstruktivisme yang dikembangkan oleh Vigotsky pada tahap selanjutnya diperluas oleh ahli-ahli terkiat melalui berbagai penelitian yang dilakukan mereka. Dari berbagai hasil penelitian tersebut dapat disintesis karakteristik konsep-konsep konstruktivisme dalam  pendidikan, seperti yang dijelaskan berikut ini:
a.                   Konsep penting dalam penerapan konstruktivisme di bidang pendidikan  adalah zone of proximal development yang diterapkan melalui scaffolding, yaitu suatu proses pemberian bimbingan pada siswa berdasarkan pengetahuan dan keterampilan yang telah dimilikinya kepada apa yang harus diketahuinya.
b.                  Di dalam pengembangan keterampilan dalam pemecahan masalah, perlu dipertimbangkan
·                     Keterampilan yang belum dikuasai siswa;
·                     Keterampilan yang tidak dapat dilakukan siswa;
·                     Keterampilan yang mungkin dapat dilakukan siswa;
·                     Keterampilan yang dapat dilakukan siswa dengan bantuan orang lain;
c.                   Guru yang bijaksana memberikan dukungannya pada siswa dalam usahanya mencapai perkembangannya secara optimal. Oleh sebab itu, Scaffolding  merupakan aspek yang penting di dalam proses pembelajaran.
d.                  Proses pembelajaran  yang menerapkan prinsip konstruktivisme dikelola melalui pendekatan lingkungan secara nyata yang dilakukan dengan berbagai kegiatan nyata yang dilakukan dengan berbagai kegiatan nyata.

D.                Implikasi teori konstruktivisme
Implikasi teori konstruktivisme pada pembelajaran diantaranya :
a). Setiap guru akan pernah mengalami bahwa suatu materi telah dibahas dengan jelas-jelasnya namun masih ada sebagian siswa yang belum mengerti ataupun tidak mengerti materi yang diajarkan sama sekali. Hal ini menunjukkan bahwa seorang guru dapat mengajar suatu materi kepada sisiwa dengan baik, namun seluruh atau sebagian siswanya tidak belajar sama sekali. Usaha keras seorang guru dalam mengajar tidak harus diikuti dengan hasil yang baik pada siswanya. Karena, hanya dengan usaha yangkeras para sisiwa sedirilah para siswa akan betul-betul memahami suatu materi yang diajarkan.
b). Tugas setiap guru dalam memfasilitasi siswanya, sehingga pengetahuan materi yang dibangun atau dikonstruksi para siswa sendirisan bukan ditanamkan oleh guru. Para sisiwa harus dapat secara aktif mengasimilasikan dan mengakomodasi pengalaman baru kedalam kerangka kognitifnya.
c).  Untuk mengajar dengan baik, guru harus memahami model-model mental yang digunakan para siswa untuk mengenal dunia mereka dan penalaran yang dikembangkan dan yang dibuat para sisiwa untuk mendukung model-model itu.
d).  Siswa perlu mengkonstruksi pemahaman yang mereka sendiri untuk masing-masing konsep materi sehingga guru dalam mengajar bukannya “menguliahi”, menerangkan atau upaya-upaya sejenis untuk memindahkan pengetahuan pada siswa tetapi menciptakan situasi bagi siswa yang membantu perkembangan mereka membuat konstruksi-konstruksi mental yang diperlukan.
e). Kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadisituasi yang memungkinkan pengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksi oleh peserta didik.
f).  Latihan memecahkan masalah seringkali dilakukan melalui belajar kelompok dengan menganalisis masalah dalam kehidupan sehari-hari.
g). Peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang sesuai dengan dirinya. Guru hanya sebagai fasilitator, mediator, dan teman yang membuat situasi kondusif untuk terjadinya konstruksi engetahuan pada diri peserta didik.sedangkan Pandangan Konstruktivisme Tentang Belajar adalah sebagai berikut:,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
1. Konstruktivisme memandang bahwa pengetahuan non objektif, bersifat    temporer, selalu berubah dan tidak menentu........................................
2.  Belajar adalah penyusunan pengetahuan dari dari pengalaman konkrit, aktifitas kolaboratif dan refleksi dan interpretasi.......................................................
3.  Seseorang yang belajar akan memiliki pemahaman yang berbeda terhadap pengetahuan tergantung pengalamannya dan perspektif yang di dalam menginterprestasikannya.
E.        Peranan Guru Dalam Kelas Berbasis Konstruktivisme
            Pandangan konstruktivisme tentang proses perkembangan manusia memengaruhi berbagai kebijakan dan tindakan yang diterapkan di dalam dunia pendidikan dan pembelajaran,, seperti yang dijelaskan berikut ini.
Ø     Konstruktivisme memodifikasi teori pendidikan dan pembelajaran ke arah yang lebih manusiawi dengan memadukan kemampuan yang ada di dalam diri individu dengan lingkungan yang ada di sekitarnya serta pemberian kesempatan pada anak untuk menentukan strategi belajarnya, lingkungan belajarnya, proses dan kecepatan belajarnya.
Ø     Konstruktivisme memodifikasi tugas dan peranan guru dari bersifat menentukan berubah menjadi memberikan bantuan kepada siswa dalam mengkonstruksi pemahaman dan pengetahuannya. Oleh sebab itu, dalam proses pembelajaran, fungsi dan peranan guru adalah sebagai fasilitator, mediator , dan motivator.
a.       Guru adalah fasilitator
Sebagai fasilitator, guru perlu menyediakan media dan peralatan yang diperlukan siswa untuk memecahkan masalah dan melakukan kegiatan inquiry (penyelidikan) dan discovery (penemuan). Oleh sebab itu, dalam prosespembelajaran, guru yang dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam menganalisis, memprediksi sehingga secara kreatif membangun pengetahuannya seendiri.
b.      Gurumerupakan mediator
Sebagai mediator dalam proses pembelajaran, guru perlu dengan mengatur, lingkungan belajar yang bersifat problem based learning atau belajar berdasarkan masalah yang dihadapi yang membuat siswa mampu memformulasikan dan mengevaluasi ide-idenya, menarik kesimpulan dan memahami implikasinya, sertamenyediakan lingkungan belajar yang memungkinkan siswa bekerja sama secara kolaboratif dengan siswa lainnya. Dengan demikian, guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menggunakan strategi belajar yang dipilihnya sendiri.
c.       Guru adalah motivator
Sebagai motivator dalam proses belajar siswa, guru dapat meakukannya dengan jlan mendorong siswa untuk melaksanakan brain storming atau bertukar pikiran, berdiskusi dengan pihak-pihak terkait apabila diperlukannya. Selanjutnya, guru juga perlu mendorong siswa untuk menggunakan berbagai pengalaman dan pengetahuan yang telah dimilikinya dalam memecahkan masalah yang dihadapinya. Dengan demikian, guru yang menerapkan pendekatan konstruktivisme menghargai autonomi dan inisiatif siswa.

















BAB III
PENUTUP
A.              Kesimpulan
Belajar menurut  konstruktivisme adalah suatu proses mengasimilasikan dan mengkaitkan pengalaman atau pelajaran yang dipelajari dengan pngertian yang sudah dimilikinya, sehingga pengetahuannya dapat dikembangkan.
Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Beda dengan aliran behavioristik yang memahami hakikat belajar sebagai kegiatan yang bersifat mekanistik antara stimulus respon, kontruktivisme lebih memahami belajar sebagai kegiatan manusia membangun atau menciptakan pengetahuan dengan memberi makna pada pengetahuannya sesuai dengan pengalamanya. Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan yang baru, apa yang dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan himpunan dan pembinaan pengalaman demi pengalaman. ini menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan dan menjadi lebih dinamis.
Menurut teori ini, satu prinsip yang mendasar adalah guru tidak hanya memberikan pengetahuan kepada siswa, namun siswa juga harus berperan aktif membangun sendiri pengetahuan di dalam memorinya. Dalam hal ini, guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan membri kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan ide – ide mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberikan siswa anak tangga yang membawa siswa ke tingkat pemahaman yang lebih tinggi dengan catatan siswa sendiri yang mereka tulis dengan bahasa dan kata – kata mereka sendiri.
Dari uraian tersebut dapat dikatakan, bahwa makna belajar menurut konstruktivisme adalah aktivitas yang aktif, dimana pesrta didik membina sendiri pengtahuannya, mencari arti dari apa yang mereka pelajari dan merupakan proses menyelesaikan konsep dan idea-idea baru dengan kerangka berfikir yang telah ada dan dimilikinya.
Dalam mengkonstruksi pengetahuan tersebut peserta didik diharuskan mempunyai dasar bagaimana membuat hipotesis dan mempunyai kemampuan untuk mengujinya, menyelesaikan persoalan, mencari jawaban dari persoalan yang ditemuinya, mengadakan renungan, mengekspresikan ide dan gagasan sehingga diperoleh konstruksi yang baru.
Berkaitan dengan konstruktivisme, terdapat dua teori belajar yang dikaji dan dikembangkan oleh Jean Piaget dan Vygotsky.
B.              Saran
Saran yang dapat penulis berikan pada penulisan makalah ini adalah sebaiknya sistem pembelajaran

















DAFTAR PUSTATAKA
Prof. Dr. Martini jamaris, M.Sc.Ed. 2013. Orientsi Barudalam Psikologi Pendidikan Bogor, Ghalia Indonesia




Tidak ada komentar:

Posting Komentar