ISU DAN PERMASALAHAN KANAK-KANAK SERTA
IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN
MAKALAH
Diajukan sebagai salah satu tugas kelompok pada Mata Kuliah
PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

Dosen
Disusun Oleh
Elis Fitriani
Vita Riyanti
Firda Nurul Octaviani
|
: T. FLORINA M, S.Pd.
: Kelompok 7
: 14102032011CA
: 14102062011CA
: 14102012006CA
|
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
SERANG - BANTEN
TAHUN AKADEMIK 2014/2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “ISU
DAN PERMASALAHAN KANAK-KANAK SERTA IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN” Makalah ini berisikan tentang Perkembangan Anak
Tahun Pertama sampai Masa Anak Awal. Kami mengharapkan makalah ini dapat
memberikan informasi kepada kita semua tentang perkembangan anak. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Serang, 20 Desember 2014
Penyusun
|
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR………………………………………………… i
DAFTAR
ISI…………………………………………………………. ii
BAB I
PENDAHULUAN..................................................................... 1
A. Latar Belakag Masalah………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah……………………………………………… 2
C. Tujuan Penulisan……………………………………………….. 2
BAB II ISU DAN PERMASALAHAN KANAK-KANAK SERTA IMPLIKASINYA
DALAM PENDIDIKAN………………………….. 3
A. Pengertian Kanak-kanak………………………………………. 3
B.
Jenis-jenis Permasalahan dan Isu pada Masa Kanak-kanak…. 10
C.
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Permasalahan kanak-kanak 19
D. Implikasinya bagi
Pendidikan…………………………………… 20
BAB III PENUTUP.......................................................................... …… 22
A. Kesimpulan……………………………………………………... 22
B. Saran……………………………………………………………. 22
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... …… 23
BAB I
PENDAHULUAH
A.
Latar Belakang Masalah
Manusia
berkembang tidak hanya dari masa kelahiran saja tetapi dari masa konsepsi
manusia sudah mulai berkembang. Masa konsepsi mempunyai arti waktu dimana sel
telur (ovum) bertemu sperma. Pada saat itu pula manusia berkembang hingga
mempunyai bagian-bagian tubuh yang lengkap. Perkembangan manusia akan terus
berlanjut sampai saat pengambilan ruh tiba. Semua makhluk Tuhan tidak akan tahu
kapan perkembangan dalam dirinya itu terhenti. Menurut E.B Hurlock perkembangan
bersifat kualitatif dan kuantitatif, artinya proses perkembangan ada yang dapat
diukur dan adapula yang tidak dapat diukur. Misalnya perkembangan otak manusia
tidak dapat kita lihat proses perkembangannya, yang kita lihat adalah
gejala-gejalanya.
Masa
kanak-kanak merupakan masa yang terpanjang dalam rentang kehidupan saat dimana
individu relatif tidak berdaya dan tergantung pada orang lain. Bagi kebanyakan
anak-anak seringkali dianggap tidak ada akhirnya sewaktu mereka tidak
sabar menunggu saat didambakan yakni pengakuan dari masyarakat bahwa mereka
bukan anak-anak lagi melainkan “ Orang Dewasa”. Masa kanak-kanak dimulai
setelah melewati masa bayi yang penuh ketergantungan.
Masa
kanak-kanak awal berlangsung dari 2 th sampai 6 th, oleh para pendidik dinamakan
sebagai usia pra-sekolah. Perkembangan fisik pada masa ini berjalan lambat
tetapi kebiasaan fisiologis yang dasarnya diletakkan pada masa bayi menjadi cukup
baik.
B.
Rumusan Masalah
1.
Siapakah
kanak-kanak itu?
2.
Apa
saja permasalahan yang timbul pada masa Kanak-kanak?
3.
Apa Peran Agama bagi Kanak-kanak?
4.
Bagaimanakah
implikasinya bagi pendidikan?
C.
Tujuan
Dari tujuan yang diharapkan penulis dalam makalah ini, dapat
ditarik beberapa manfaat baik untuk pembaca maupun penulis sendiri, yaitu :
Bagi Pembaca
Jika penulisan makalah ini dirasakan dapat menambah pengetahuan
tentang isu dan permasalahan Kanak-kanak serta implikasinya terhadap
pendidikan, diharapkan pembaca dapat lebih memahami isi dari makalah
ini.
Bagi Penulis
Penulisan karya tulis ini mejadi suatu pembelajaran, sebagai
pengetahuan kami untuk lebih mengetahui berbagai isu dan permasalahan
Kanak-kanak.
BAB II
ISU DAN PERMASALAHAN KANAK-KANAK SERTA IMPLIKASINYA DALAM
PENDIDIKAN
A.
Pengertian Kanak-Kanak
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Kanak-kanak berarti periode perkembangan anak masa prasekolah
(usia antara 2—6 tahun); 1 bayi
yang baru dilahirkan; 2 belum berpengalaman; masih sangat
muda. Masa kanak-kanak disebut pula masa prasekolah (preschool age), disebut
pra sekolah karena pada masa ini anak-anak belum masuk sekolah. Ada anak-anak
yang masuk Taman Kanak-kanak pada masa
ini, akan tetapi belum bisa dikategorikan sebagai anak sekolah sebab taman
kanak-kanak itu sendiri bukan lembaga
sekolah melainkan lembaga pra sekolah.
Menurut Montessori (Hurlock, 1978) anak usia 3-6 tahun adalah
anak yang sedang berada dalam periode sensitif atau masa peka, yaitu
suatu periode dimana suatu fungsi tertentu perlu dirangsang, diarahkan
sehingga tidak terhambat perkembangannya. Bila kemampuan berbicara anak
tidak dirangsang maka anak akan mengalami kesulitan berbicara pada
masa-masa selanjutnya. Contoh berikut ini sering kita temui sehari-hari.
Seorang anak berusia tiga tahun mengajak ibunya untuk tidur siang dengan kata-kata
”Ma, bo ma, ma bo ma”.
Ilustrasi di atas menggambarkan bahwa anak menunjukkan
keinginan untuk menyampaikan sesuatu tetapi belum jelas ucapannya. Untuk
kondisi seperti ini anak perlu dimotivasi dan dilatih kemampuan
berbicaranya agar dapat menyampaikan apa yang diinginkannya dengan baik
dan benar.
Selain pendapat di atas, Maria Montessori juga menyatakan
bahwa masa sensitif anak pada usia ini mencakup sensitif terhadap
keteraturan lingkungan, mengeksplorasi lingkungan dengan lidah dan tangan,
sensitif untuk berjalan, sensitif terhadap obyek-obyek kecil dan detail,
serta terhadap aspek-aspek sosial kehidupan.
Gambaran di atas menggambarkan bahwa Nani berusaha mengetahui mengapa
ada lubang kecil di tanah dan mengapa ada beberapa semut keluar dari lubang
tersebut. Apa yang dilakukan Nani menunjukkan bahwa seorang anak yang
berada pada masa usia ini akan berusaha untuk memenuhi rasa ingin tahunya
dengan mengeksplorasi lingkungan melalui panca indranya.
1. Ciri-ciri
Masa Kanak-Kanak
Salah satu ciri-ciri
masa kanak-kanak adalah sebutan yang biasanya diberikan oleh orang tua,
pendidik dan ahli psiklogi.
a. Sebutan dari orang tua
Sebagian orang
tua menganggap bahawa masa kanak-kanak adalah masa yang mengandung masalah atau
sulit. Ini dikarenakan karena dalam masa tersebut anak cenderung bandel, kerasa
kepala, tidak menurut dan melawan.
Selain itu,
orang tua juga sering menganggap bahwa masa kanak-kanak sebagai usia mainan.
Karena sebagian besar waktu digunakan untuk bermain.
b. Sebutan
yang digunakan Para Pendidik
Para pendidik
menyebut tahun masa kanak-kanak sebagai usia prasekolah untuk membedakannya
dari saat dimana anak dianggap cukup tua, baik secara fisik dan mental, untuk
menghadapi tugas-tugas pada saat mereka mulai mengikuti pendidikan formal.
c. Sebutan yang digunakan oleh Para Ahli
Psikologi
Ada beberpa
sebutan yang digunakan oleh alhi psikologi untuk masa kanak-kanak, diantaranya
adalah usia kelompok,
yaitu masa dimana anak mempelajari dasar-dasr perilaku sosial sebagai persiapan
bagi kehidupan sosial yang lebih tinggi. Kedua usia menjelajah, yaitu sebuah
sebutan yang menunjukan bahwa anak-anak ingin mengetahui keadaan lingkungannya,
bagaimana mekanisnya, bagaimana perasaaan dan bagaimana ia mendapat bagian dari
lingungan. Ketiga, usia bertanya, yaitu usia dimana seorang anak bertanya
terhadap apa yang ia temui. Keempat, usia meniru, yaitu masa dimana seorang
anak mempunyai kecenderungan untuk meniru pembicaraan dan tindakan orag lain.
2. Masa
Perkembangan pada Masa Kanak-kanak
1. Perkembangan Fisik
a. Pertumbuhan
tinggi dan berat badan
Pertumbuhan masa kanak-kanak tidak terjadi sepesat pada masa bayi
(Santrock, 2002; Monks dkk, 1998). Pada masa kanak-kanak awal, rata-rata
anak bertambah tinggi 6,25 cm setiap tahun, dan bertambah
berat 2,5-3,5 kg setiap tahun. Pada usia 6 tahun berat harus kurang lebih
mencapai tujuh kali berat pada waktu lahir. Postur tubuh anak pada masa
kanak-kanak awal meliputi:
1) Gemuk (Endomorfik)
2) Berotot (mesomorfik)
3) Relative kurus (etomorfik)
Besar kecilya tubuh seseorang dipengaruhi oleh factor keturunan dan
juga factor lingkungan. Faktor keturunan menentukan cara kerja hormon yang
mengatur pertumbuhan fisik yang dikelurka oleh lobus anterior dari kelenjar
pituitary, suatu kelejar kecil yang terletak didasar sebelah bawah
otak.Anak-anak dengan usia sebaya dapat memparlihatkan tinggi tubuh yang sangat
berbeda, tetapi pola pertumbuhan tinggi tubuh mereka tetap mengikuti aturan
yang sama. Bila dihitung secara rata-rata, pola ini dapat menggambarkan
pertumbuhan anak pada usia tertentu. hal ini dipenganruhi oleh faktor dari
dalam (gen) dan faktor dari luar seperti asupan gizi yang memadai untuk
pertumbuhan tinggi badan. Perbandingan tubuhnya sangat berubah tidak lagi seperti
bayi akan tetapi memiliki ciri-ciri pertumbuhan kanak-kanak awal yaitu:
1. Pada bagian-bagian tubuh
berangsur-angsur berkurang
2. Tubuh cenderung berbentuk
kerucut
3. Perut yang rata (tidak
buncit)
4. Dada lebih bidang dan rata
5. Bahu lebih luas dan lebih
persegi
6. Gumpalan Lengan dan kaki
lebih panjang dan lurus
7. Tangan dan kaki tumbuh
lebih besar
Bukan hanya perubahan pada bagian tubuh saja akan tetapi tulang dan
otot anak mengalami tingkat pengerasan yang bervariasi pada bagian-bagian tubuh
yaitu meliputi ;otot menjadi lebih besar, lebih kuat dan berat, anak lebih
kurus walaupun berat bertambah, selama 4 – 6 bulan pertama dari awal masa
kanak-kanak, 4 gigi bayi yang terakhir yakni geraham belakang muncul. Selama
setengah tahun terakhir gigi bayi mulai tanggal yakni gigi seri
tengah yang pertama kali lepas dan digantikan gigi tetap. Akhir dari masa
kanak-kanak awal biasanya anak memiliki satu atau dua gigi tetap di depan dan
beberapa celah dimana gigi tetap akan muncul.
b. Perkembangan motorik
Ketrampilan
motorik dibagi dua jenis yaitu:
1) Ketrampilan
motorik kasar (Gross Motor) adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot
besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh
kematangan anak itu sendiri.
2) Ketrampilan
motorik halus (Fine motor) adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau
sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar
dan berlatih
2. Perkembangan Intelektual
a. Perkembangan
Kognitif
Perkembangan kognitif pada tahapan
ini mencapai tingkat perkembangan tertinggi dari tahapan yang dijelaskan
Piaget. Perkembangan
kognitif kanak-kanak berada pada tahap praoperasional.
Pada tahap ini ada sebagian anak yang menguasai berbagai kemampuan secara baik
tetapi ada pula sebagian anak yang tidak mampu menguasainya. Ketidakmampuan
anak tampak dari sikap anak yang sulit mengerti, lambat dalam mengerjakan
sesuatu, atau keliru dalam menyelesaikan suatu persoalan. Kondisi
ini mengakibatkan anak merasa tidak mampu, tidak percaya diri, merasa diri
berbeda dengan anak yang lain sehingga anak menarik diri dari lingkungan, dan
memandang dirinya tidak memiliki kemampuan apa-apa.
b. Perkembangan Bahasa
dan Bicara
Perkembngan bahasa dipengaruhi Teori Belajar Sosial, yakni
anak belajar dengan model-model yang ada diligkungannya. Melalui imitasi dan
respon dari lingkungan, akhirnya anak menguasai ketrampilan bicara. Sedangakan
menurut Chomsky, perkembangan bahasa anak terjadi karena factor pembawaan;
bahwa anak lahir sudah disertai dengan LAD (Language Acquisition
Device) yang membuat anak sering mengekspresikan sesuatu dengan kata yang
tidak ditemukan dari lingkungannya. Bahasa dibutuhkan untuk komunikasi
dengan dunia luar. Bahasa yang dimaksud adalah bahasa tutur kata yang dapat
dimengerti oleh sesama manusia.
Menurut Karl Buhler (Monks dkk., 1992) ada 3 faktor yang
meneentukan dalam teori bahasa, yakni:
1. Kundgabe (Appele), yakni
fungsi bahasa untuk menyatakan apa yang terjadi dalam si pembicara, misalnya
anak menjerit ketakutan atau bersorak gembira, ini merupakan fungso Kungabe
yang dapat menimbulkan fungsi Auslosung.
2. Auslosung (Ausdruck), yakni
fungsi untuk menimbulkan reeaksi social, misalnya mengajak pergi ketoko atau kesekolah.
Dalam hubungannya dengan orang lain, ternyata fungsi yang pertama
(Aulosung) juga dapat menimbulkan reaksi social, missal anak menjerit akan
menimbulkan reaksi terkejut dari orang lain. Jadi dapat dikatakan bahwa Kungabe
memiliki hubungab dengan Auslosung.
3. Darstellung, yakni fungsi
untuk melukiskan suatu keadaan secara obyektif, meletakkan atau mengerti
hubungan antara hal yang satu dengan yang lain,dapat memformulasi ide-ide.
Hal-hal tadi merupakan sifat-sifat manusia yang spesifik dan hanya manusia yang
dapat mengadakan Darstellung.
Menurut Karl Buhler seorang anak harus memiliki tiga fungsi
tersebut karena perkembangan anak dipengaruhi imitasi. Jadi bila tidak ada yang
ditiru, maka tidak ada input perkembangan bahasa. Selin itu juga harus ada
respon dari lingkungan sektar untuk menanggapi tingkah laku anak.
3. Perkembangan
Sosio-emosional
Banyak keluarga dan pendidik anak usia dini menekankan perkembangan
social selama masa kanak-kanak awal atau tahun-tahun prasekolah. Aspek-aspek
perkembngan sosial emosional anak-anak prasekolah dapat menjadi bagian integral
dari perkembangan area lainya, seperti perkembangan aspek kognitif dan
perkembangan motorik.
3.
Bentuk perilaku dalam berbagai situasi sosial
Bentuk
perilaku sosial yang paling penting untuk penyesuaian sosial berhasil tampak
dan mulai berkembang dalam periode ini.
1.
Penggolangan
teman
Rekan adalah orang yang memuaskan kebutuhan akan teman dengan
berada dalam lingkungan yang sama dimana ia dapat dilihat dan didengar. Dalam setiap
tahap, rekan bisa saja laki-laki atau perempuan dan dari segala umur. Teman
bermain adalah orang dengan siapa individu terlihat dalam kegiatan yang
menyenangkan. Anak lebih menyukai teman bermain yang sejenis. Teman baik adalah
teman baik bukan hanya teman bermain yang cocok tetapi juga seseorang pada
siapa individu dapat berkomunikasi dengan bertukar pendapat dan saling percaya
dengan meminta atau memberi nasihat.
2.
Bermain
pada masa kanak-kanak
Masa awal kanak-kanak sering disebut tahap bermain, karena dalam
periode ini hampir semua permainan menggunakan mainan. Menjelang berakhirnya
awal masa kanak-kanak, anak tidak lagi memberikan sifat-sifat manusia,binatang,
atau benda-benda kepada mainannya. Bermacam-macam minat bermain yaitu anak yang
sangat cerdas lebih menyukai permainan sandiwara,kegiatan-kegiatan kreatif dan
buku-buku yang memberikan informasi daripada yang bersifat hiburan.
4.
Pendidikan Agama bagi Kanak-kanak
Pendidikan agama, syarat dan formulasinya termasuk bahasan rumit
dalam kehidupan manusia. Karena pendidikan agama bertujuan untuk membina dan
mencerahkan jiwa manusia. Pendidikan agama merupakan konsep pendidikan yang
diturunkan oleh Allah Swt kepada umat manusia melalui Rasul-Nya. Anak-anak dan
remaja menjadi perhatian khusus konsep pendidikan agama. Karena untuk
memahamkan anak-anak tentang ajaran agama serta tentang hari penciptaan dan
hari akhir dibutuhkan kelihaian khusus. Anak-anak ingin
mengetahui beberapa pertanyaan yang berbau filosofis, “Darimana manusia datang?
Bagaimana mereka datang? Akan kemana mereka pergi? Dan siapa yang telah membawa
mereka ke dunia ini? Pertanyaan-pertanyaan ini dapat menjadi alasan untuk menyiapkan
pola pendidikan agama. Mayoritas para psikolog sepakat bahwa pendidikan harus dimulai
sejak usia dini. Dalam sistem pendidikan Islam, masalah ini juga mendapat
perhatian khusus. Penelitian para psikolog membuktikan bahwa anak-anak pada
usia empat tahun mulai menunjukkan kecenderungan kepada agama. Sebenarnya pada
usia tersebut, anak-anak telah memulai ekspedisi mencari Sang Pencipta. Masalah
psikologis ini juga banyak ditemukan dalam barbagai hadis Nabi Saw. Imam
Muhammad al-Baqir as berkata, “Ajarilah kalimat syahadah kepada anak-anak saat
mereka berusia tiga tahun, dan ketika menginjak usia empat tahun, kenalilah
mereka dengan kenabian nabi Muhammad Saw, dan ajarilah mereka berwudhu dan shalat
saat berusia tujuh tahun.” Poin penting lainnya dalam pendidikan agama terhadap
seorang anak adalah menyiapkan kesempatan dan iklim baik dalam lingkungan
keluarga. Rasulullah Saw memberikan empat pesan dalam mendidik anak. Beliau
bersabda, “Mintalah anak-anak kalian mengerjakan pekerjaan sesuai dengan
kemampuannya dan jangan menuntut lebih dari mereka, jangan paksa mereka
melakukan perbuatan maksiat, jangan berbohong kepada mereka dan jangan menghina
serta melecehkan mereka.” Pesan Nabi tersebut membuat kita memahami sejumlah
metode untuk mendidik anak. Pertama, memahami dengan benar kriteria serta
perasaan anak sangat penting. Kedua, perilaku kasih sayang orang tua sangat
mempengaruhi perkembangan anak.
B.
Jenis-jenis Permasalahan dan Isu pada Masa Kanak-kanak
Setiap
anak memiliki karakteristik perkembangan yang berbeda-beda. Pemahaman terhadap
anak perlu berangkat dari pemahaman pada setiap anak dengan berbagai karakteristiknya.
Selama proses perkembangan, tidak menutup kemungkinan anak menghadapi berbagai
masalah yang akan menghambat proses perkembangan berikutnya. Permasalahan yang
dihadapi anak dapat dilihat melalui tingkah laku anak pada saat mengikuti
proses pembelajaran di kelas atau pada saat anak bermain. Adapun permasalahan
perkembangan yang dihadapi anak Taman Kanak-kanak diantaranya yaitu :
1.
Jenis-jenis Permasalahan
Pada dasarnya Jenis-jenis masalah pada masa kanak-kanak terdiri
dari masalah fisik dan psikososial. Permasalahan
Fisik yang terjadi pada anak usia Kanak-kanak sangat beragam. Beberapa
permasalahan fisik yang dihadapi anak usia kanak-kanak adalah masalah motorik,
masalah penglihatan, masalah pendengaran, masalah berbicara atau
berbahasa.Permasalahan psiko-sosial yang dihadapi usia kanak-anak juga sangat beragam. Dari beberapa
jenis permasalahan psikis anak pada
kesempatan kali ini penulis mengungkapkan 4 psiko-sosial antara lain permasalahan
sosio-emosional, masalah agresivitas, masalah kecemasan dan masalah keberbakatan.
Permasalahan Fisik
yang terjadi pada anak usia Kanak-kanak antara lain:
1.
Masalah
Motorik
Permasalahan motorik anak terdiri dari motorik kasar dan motorik
halus.
Motorik kasar merupakan keterampilan menggerakkan bagian tubuh
secara harmonis
dan sangat berperan untuk mencapai keseimbangan yang menunjang
motorik halus.
Permasalahan yang sering terjadi pada usia kanak-kanak adalah anak
masih labil atau sulit
menggerakkan bagian tubuh secara harmonis. Misalnya: berjalan,
berlari, menangkap,
melempar. Selain itu juga belum sempurnanya kordinasi dalam
mengontrol motorik
kasar, misalnya jika ditugaskan untuk berjalan tanpa menyentuh
temannya.
Kemampuan motorik lainnya yang harus dikuasai anak adalah kemampuan
motorik halus. Motorik halus merupakan keterampilan yang menyatu
antara motorik
halus dengan panca indera. Kesiapan mengkoordinasikan keseluruhan
ini diperlukan
untuk persiapan menulis, membaca dan sebagainya. Permasalahan yang
sering
muncul adalah anak-anak masih sulit menjiplak, membentuk lingkaran,
segitiga dan
sebagainya.
2.
Masalah
Penglihatan
Pengamatan melalui penglihatan, merupakan keterampilan
untuk mampu melihat persamaan dan perbedaan bentuk,
benda dan warna sebagai dasar untuk pengembangan kognitif.
Masalah penglihatan yang biasa terjadi pada usia kanak-kanak adalah
sulitnya mengelompokkan benda berdasarkan warna, bentuk dan
ukurannya. Selain
itu mereka juga sulit mengamati benda secara jelas.
Permasalahan yang ditimbulkan dari gangguan penglihatan juga bisa
menyebabkan gangguan ingatan. Gangguan ingatan tersebut antara
lain:
a. Tidak mampu
menyebutkan benda tanpa ada bendanya
b. Tidak mampu
menguraikan benda-benda yang dilihat dari beberapa aspek,
misalnya bentuk, warna, fungsi dan sebagainya.
c. Tidak mampu mencari
bagian yang hilang dari suatu bentuk atau gambar.
d. Tidak mampu
mengurutkan kembali satu seri gambar yang diacak.
3. Masalah Pendengaran
Pengamatan melalui pendengaran merupakan keterampilan untuk mampu
mendengar perbedaan dan persamaan suara. Pengamatan ini biasanya sudah dikenal
anak sebelum sekolah, misalanya anak sudah mampu membedakan suara di
sekelilingnya. Gangguan pendengaran pada anak-anak usia pra sekolah bukan
berarti anak mengalami tuli. Akan tetapi anak tidak mampu menyebutkan suara
yang ada di sekelilingnya, seperti suara alam, bisikan arah suara dan
sebagainya. Kemudian tidak mampu menirukan berbagai suara tertentu serta tidak
mampu menyanyikan lagu sederhana. Sebagian besar orang tua menganggap
perrmasalahan pendengaran anak merupakan hal sepele, sehingga yang awalnya
hanya gangguan kecil menjadi gangguan yang sulit disembuhkan. Hal tersebut bisa
diminimalisir jika orang tua sedini mungkin sering melatih anak mendengarkan
berbagai suara baik mendengarkan kaset lagu ataupun orang tuanya sendiri sering
bernyanyi saat bermain dengan anaknya. Permasalahan pendengaran yang terjadi
pada usia kanak-kanak antara lain:
a. Tidak mampu menirukan
berbagai suara tertentu
b. Tidak mampu
mendengarkan persamaan-persamaan dalam kata-kata yang bersajak.
c. Tidak mampu
menceritakan kembali kejadian
d. Tidak mampu
mengulangi kembali urutan cerita
e. Dan lain-lain.
4. Masalah Berbahasa
Berbahasa merupakan keterampilan dalam mendengarkan, berbicara,
membaca dan menulis. Untuk usia kanak-kanak, keterampilan yang diutamakan
adalah mendengaran dan berbicara. Masalah berbahasa yang dialami usia
kanak-kanak Kanak-kanak berawal dari ketidakmampuan mendengar dan memahami
bahasa lisan yang diucapkan orang-orang di sekelilingnya. Permasalahan tersebut
salah satunya juga disebabkan berbedanya budaya di sekitar kita yang tidak
membiasakan orang untuk mengekspresikan perasaannya karena hal itu dianggap
sebagai sasuatu yang memalukan. Kebudayaan tersebut mengakibatkan anak-anak
kita tidak mampu mampu mengutarakan isi hatinya dengan kalimat-kalimatnya,
kemudian bicaranya juga belum jelas serta ada juga yang mengalami masalah
gagap. Ketidakmampuan anak dalam berbahasa sangat mempengruhi kemampuan bicara
anak pada tahap perkembangan selanjutnya yang bisa dimungkinkan juga
mempengaruhi hubungan sosial mereka dengan orang lain.
Adapau Permasalahan psiko-sosial yang dihadapi usia kanak-anak antara lain:
1.
Permasalahan
Psiko-Sosial
Perkembangan psikis dan sosial anal-anak erat hubungannya dengan perkembangan
jati diri anak. Permasalahan psiko-sosial anak bisa berasal dari dalam diri anak
itu sendiri maupun yang berhubungan dengan orang lain. Permasalahan
psiko-sosialnyang terjadi anak-anak usia taman Kanak-kanak bukan merupakan hal
yang permanen. Hal ini perlu kita maklumi karena anak-anak usia TK proses
berpikirnya masih dalam periode pra-operasional dimana anak masih sangat dominan dengan
sifat egosentrisnya.
2.
Masalah
Sosio-Emosional anak
Permasalahan sosio-emosional
yang terjadi pada anak-anak usia Kanak-kanak termasuk permasalahan psikologis.
Permasalahan sosio-emosional anak juga berasal dari dalam dirinya dan
berhubungan dengan orang lain. Masalah-masalah sosio-emosional usia kanak-kanak
antara lain:
1.
Sukar
berhubungan dengan orang lain, seperti takut pada orang dewasa selain orang
yang sudah dikenalnya, kemudian takut sekolah yang dimungkinkan anak takut
dengan guru atau belum siap berpisah dari orang tuanya.
2. Mudah menangis
3. Sering membangkan jika keinginannya tidak dituruti
4. Tidak mau bergaul dengan temannya
5. Mau menang sendiri
6. Belum memiliki pemahaman tentang konsep dan peran jenis kelamin
7. Belum dapat mengikuti secara penuh aturan-aturan yang ada
3. Agresivitas
Agresivitas adalah istilah umum yang dikaitkan dengan adanya
perasaan marah
atau permusuhan atau tindakan melukai orang lain baik dengan
tindakan kekerasan
secara fisik, verbal maupun dengan menunjukkan ekspresi wajah dan
gerakan tubuh
yang mengancam atau merendahkan (Rita Eka Izzaty:2005). Perilaku
agresif biasa
ditunjjukan untuk mencapai tujuan tertentu bisa berupa pembelaan
diri atau untuk
meraih keunggulan dengan cara membuat lawan tidak berdaya. Sasaran
perilaku agresif ini bisa diberikan kepada pendidik, teman bahkan dilampiaskan
pada bangunan misalnya memukul dinding atau menendang benda. Sasaran
lainnya bisa juga berupa mengganggu proses belajar atauupun mengganggu kegiatan
lain yang sedang berlangsung. Perilaku agresivitas ini tidak hanya merugikan
pelaku sendiri, tetapi juga bisa merugikan anak-anak lain atau orang lain disekitarnya.
Menurut Rita Eka Izzaty (2005:106) perilaku agresif ada yang wajar dan ada
yang tidak wajar. Perilaku agresif yang dikategorikan wajar apabila agresivitas tersebut
sebagai pelampiasan emosi dan hambatan psikologis yang berlebihan dan tidak
sehat. Perilaku agresif yang dikategorikan tidak wajar apabila perilaku
tersebut menetap
bahkan sampai mengganggu lingkungannya.
3.
Kecemasan
Kecemasan merupakan keadaan emosi yang tidak menyenangkan yang
meliputi interpretasi subyektif dan rangsangan fisiologis, misalnya bernafas
lebih cepat, jantung berdebar-debar dan berkeringat dingin (Ollendick, dalam
Rita Eka Izzaty:2005). Kecemasan ini timbul pada situasi sebagai reaksi emosi
sementara yang timbul pada situasi tertentu yang dirasakan sebagai suatu
ancaman. Pada umumnya kecemasan pada usia anak-anak berangsur-angsur akan berkurang
seiring bertambahnya usia anak. yang dialami anak-anak Taman Kanakkanak
ditunjukkan dengan keadaan emosi yang tidak menyenangkan yang
timbul ketika diri merasa tidak aman. Gejala ini disebabkan antara lain karena
perilaku orang tua yang terlalu protektif dan kurang bersosialisasi dengan
lingkungan disekitarnya.
4.
Keberbakatan
(Giftedness)
Keberbakatan atau biasa disebut anak berbakat merupakan sebutan
bagi anak yang memiliki kemampuan luar biasa pada hampir semua bidang,
mempunyai kreativitas tinggi serta bertanggung jawab pada tugas. Keberbakatan
ini menjadi permasalahan bagi anak itu sendiri maupun bagi pendidik. Permasalahan
anak berbakat tersebut jika diatasi sejak dini akan menguntungkan semua pihak.
Potensi anak akan tersalurkan dan semakin berkembang, sementara anak-anak lain
yang kemampuannya dibawah anak berbakat juga tidak dirugikan. Keberbakatan
mempunyai definisi yang bersifat multidimensional, digambarkan bahwa anak
berbakat sebagai anak yang menunjukkan prestasi tinggi hampir dalam semua
kecerdasan majemuk.
2. Isu pada Masa Kanak-kanak
Pengaruh paling penting lingkungan keluarga terhadap perkembangan anak
berasal dari suasana yang ada dalam keluarga tersebut
1.
Isu
pengasuhan: Koregulasi dan disiplin
Anak-anak
lebih bersedia mengikuti keinginan orang tua apabila mereka menyadari bahwa
orang tuanya adil dan memerhatikan kesejahteraan anak dan mereka (orang tua)
mungkin mengetahui lebih baik karena pengalaman. Juga akan membantu apabila
orang tua mencoba untuk mengikuti penilaian matang si anak dan hanya mengambil
posisi tegas pada isu-isu penting.
2.
Dampak
Orang Tua Bekerja
Kebanyakan
penelitian tentang dampak orang tua bekerja terhadap kesejahteraan anak
difokuskan pada ibu yang bekerja. Secara umum, makin puas seorang ibu dengan
status pekerjaannya, makin efektif
kemungkinannya ia sebagai orang tua. Seberapa baik orang tua menyadari
kondisi anak-anak mereka mungkin lebih penting dibandingkan apakah ibu bekerja
di luar rumah.
3.
Kemiskinan
dan pengasuhan
Kemiskinan
dapat membahayakan perkembangan anak melalui pengaruhnya terhadap kondisi
emosional orang tua dan praktik pengasuhan anak dan pada lingkungan rumah yang
mereka ciptakan.Keluarga yang berada dalam kesulitan ekonomi memiliki
kecenderungan yang lebih rendah dalam mengontrol aktivitas anak-anak mereka,
dan kurangnya monitor tersebut berkaitan dengan prestasi sekolah dan
penyesuaian sosial yang lebih buruk.
4. Keluarga
adoptif
Sepanjang
sejarah, adopsi dapat ditemukan dalam semua kultur. Adopsi bukan hanya
diperuntukkan bagi orang yang mandul, pasangan gay atau lesbian, dan orang yang
telah memiliki anak biologis dapat menjadi orang tua asuh. Mengadopsi anak
membawa tantangan tersendiri.Disamping masalah pengasuhan yang biasa muncul,
orang tua adoptif harus berhadapan dengan mengadopsikan anak ke dalam keluarga,
menjelaskan pengadopsian kepada si anak, membantu anak mengembangkan perasaan
diri yang sehat, dan mungkin akhirnya membantu anak untuk berhubungan dengan
orang tua biologis.
5. Ketika
orang tua bercerai
Anak
yang lebih muda lebih cemas akan perceraian, kurang memiliki persepsi yang
realistis tentang apa yang menyebabkan perceraian tersebut, dan lebih
sering menyalahkan diri mereka sendiri; akan tetapi bisa beradaptasi lebih
cepat dibandingkan anak yang lebih tua, yang memahami apa yang terjadi dengan
lebih baik.
Perceraian
menimbulkan stress bagi anak-anak, stress konflik pernikahan dan kemudian
perpisahan orang tua serta kepergian mendadak salah satu orang tua, biasanya
ayah. Terkadang anak-anak tidak memahami apa yang sedang terjadi dan mengapa.
Perceraian tentu saja menimbulkan stress bagi orang tua dan bisa berdampak
negative terhadap pola asuh mereka.
6
Tinggal
dengan keluarga satu orang tua
Keluarga
satu orang tua berasal dari perceraian atau perpisahan, orang tua yang tidak
menikah, atau kematian. Banyak keluarga “satu orang tua” ini sebenarnya
keluarga tanpa ikatan pernikahan yang meliputi ibu, atau lebih umumnya, ayah
tidak menikah yang menjadi pasangan ibu. Meskipun secara keseluruhan anak-anak
di dalam keluarga orang tua tunggal berperilaku baik, beberapa penelitian
menemukan bahwa anak-anak ini cenderung tertinggal secara social dan pendidikan
dibandingkan dengan teman sebaya yang berkeluarga dua orang tua. Anak-anak yang
tinggal dengan orang tua menikah cenderung memiliki lebih banyak interaksi
harian dengan orang tua mereka, lebih sering membaca, berkembang lebih stabil
di sekolah, dan ikut serta dalam lebih banyak kegiatan ekstrakulikuler dari
pada anak-anak yang tinggal dengan orang tua tunggal.
7. Tinggal dengan keluarga tiri
Keluarga
tiri berbeda dengan keluarga “biasa”. Keluarga tiri memiliki bentuk yang lebih
besar, yang bisa meliputi sanak saudara sampai empat orang dewasa ( pasangan
yang menikah kembali ditambah satu atau dua mantan pasangan). Penyesuaian lebih
sulit ketika terdapat banyak anak, termasuk mereka yang berasal dari pernikahan
sebelumnya atau ketika anak baru lahir.
8. Tinggal dengan orang tua homoseks atau lesbian
Beberapa
orang homoseks atau lesbian membesarkan anak yang dilahirkan dari hubungan
heteroseksual sebelumnya. Sementara itu, lainnya mengandung dengan cara buatan,
menggunakan wanita yang menyewakan rahimnya untuk mengandung dan melahirkan
anak bagi orang lain atau mengadopsi anak. Banyak penelitian menelaah
perkembangan anak dengan orang tua homoseks dan lesbian mencakup kesehatan
fisik dan emosional, kecerdasan, penyesuaian, kesadaran diri, penilaian moral,
fungsi social dan seksual, serta menunjukkan tidak ada kekhawtiran yang khusus.
Orang tua homoseks atau lesbian yang terbuka biasanyamemiliki hubungan yang
positif dengan anak-anak mereka dan bila anak-anak mereka dibandingkan dengan
dengan anak-anak yang dibesarkan dengan orang tua heteroseksual, sama-sama
cenderung tidak memiliki masalah social atau psikologis.
untuk mengurangi kemungkinan tumbuhnya permasalahan yang timbul
pada masa kanak-kanak, dalam rangka kegiatan pendidikan yang dapat dilakukan
diantara usaha-usaha pembinaan yang perlu di perhatikan, sekurang-kurangnya
pendidik umumnya dan para guru khususnya.
Seharusnya seorang guru bisa mengaktifkan dan mengkaitkan hubungan
rumah dengan sekolah (parent teacher association) untuk saling mendekatkan dan
menyelaraskan system nilai yang dikembangkan dan cara pendekatan terhadap
kanak-kanak serta sikap dan tindakan perlakuan layanan yang diberikan dalam
pembinaannya. Tujuannya adalah untuk memahami dan mengurangi masalah-masalah
yang mungkin timbul bertalian dengan perkembangan perilaku sosial, moralitas
dan kesadaran hidup atau penghayatan keagamaan.
4. Seorang guru atau pendidik untuk memahami dan mengurangi
masalah-masalah yang mungkin timbul bertalian dengan perkembangan fungsi-fungsi
konatif, afektif dan kepribadiannya
C. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Permasalahan kanak-kanak
Beberapa faktor yang mempengaruhi permasalahan anak usia Kanak-kanak
dapat dikelompokkan dalam dua faktor yaitu faktor internal dan faktor
eksternal.
Penyebab permasalahan dari faktor internal dalam diri anak
disebabkan karena kelemahan fisik dan karena psikisnya. Penyebab permasalahan
anak karena faktor fisik terdiri dari:
a. Kesehatan berupa kondisi tubuh yang menurun
b. Kecacatan pada beberapa organ tubuh yang tidak berfungsi dengan
baik, kelainan pada sistem otak, gen atau kimia darah
Penyebab yang ditimbulkan dari faktor psikis dan sosial adalah:
a. Kecerdasan
b. Ingatan
c. Perasaan
d. Kemauan
e. Keluarga
f. Sekolah
g. Masyarakat
h. Media
D. Implikasinya dalam
Pendidikan
Anak yang agresif bisa bermula dari kurangnya empati
diduga karena pendidikan yang kurang dan juga pemahaman moral tidak tertanam
dengan baik. Faktor orang tua yang cendrung cuek turut menjadi penyebab
kurangnya akan menjadi agresif. Di lingkungannya juga bisa diakibatkan karena
bergabung dengan teman yang memiliki sifat agresif dan guru yang tidak begitu
memahami karakter setiap siswanya. Peranan orang
dewasa terutama orang tua dan guru sangat berpengaruh dalam hal ini. Untuk itu,
orang tua seharusnya lebih memperhatikan anaknya, berikan kasih sayang dan
empati pada anak, dan alihkan lah agresifitas nya ke dalam hal yang positif,
misalnya di sekolah belajar menggambar dan olahraga.
Akibat pola pengasuhan orang tua yang terlalu mengecam anak, tidak menpunyai
waktu untuk sekedar berinteraksi dengan anak, selalu menbanding bandingkan anak
sehingga membuat anak terpojok kan, dan selalu merendahkan anaknya Sikap orang
tua seperti itu akan mengakibatnya melemahnya keberanian anak sehingga anak
akan menunjukan rasa khawatir dan cemas yang berlebihan ketika di lingkungan
sosial. Lalu di lingkungan sekolah, guru
yang selalu memperhatikan siswa yang aktif saja, sedangkan yang lainnya
diabaikan dan tidak diperhatikan (pilih kasih) dan guru yang selalu berlalu
otoriter. Hal ini dapat menyebabkan anak pasif dalam kegiatan belajar mengajar
dan akan mudah tersinggung saat di kritik.
Anak yang memiliki daya suai rendah hendaknya diperhatikan,
khususnya oleh orang tua dan guru. Orang tua
sebaiknya jangan terlalu mengecam anak, harus bisa menerima kekurangan dan
kelebihan anak dan juga berilah perhatian pada anak, puji anak saat anak
melakukan hal baik sekecil apapun, dan peringatkan anak dengan lembut bila anak
melakukan kesalahan. Di sekolah, guru seyogyanya bersikap bijaksana dan jujur,
adakan kegiatan kelompok dan berilah kesempatan untuk setiap anak mengerjakan
tugas di depan, dan juga ciptakan suasana belajar yang nyaman. Hal tersebut
anak membuat anak berangsur-angsur dapat menyesuaikan dirinya.
Untuk mengatasi anak yang berprilaku merusak, orang tua harus lebih empati terhadap anak,
memperhatikan anak dan buatlah suasana setenang mungkin di rumah dan ajaklah
anak berinteraksi sehingga anak bisa mencurahkan isi hatinya. Dengan demikian,
amarahnya bisa sedikit meredam dan nengurangi terjadinya perilaku merusak.
Untuk itu orang tua ataup pun guru harus lebih sering berinteraksi
dengan anak, bebaskan anak dalam berekspresi tetapi masih memberi control.
Contohnya guru mengajak anak bernyanyi , memberi kesempatan untuk maju ke depan
dan sebagainya.
Anak-anak yang mengalami konflik dan mampu mengatakan secara verbal
akan mencoba menyelesaikan konfliknya dengan kekuatan fisik. Oleh karena itu
belajar mengatakan perasaannya untuk menyelesaikan konfllik secara verbal
menjadi hal yang sangat penting bagi anaka pada masa kanak-kanak.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Aspek–
aspek perkembangan individu meliputi fisik, intelektual, sosial, emosi, bahasa,
moral dan agama. Perkembangan fisik meliputi pertumbuhan sebelum lahir dan
pertumbuhan setelah lahir. Intelektual (kecerdasan) atau daya pikir merupakan
kemampuan untuk beradaptasi secara berhasil dengan situasi baru atau lingkungan
pada umumnya. Sosial, setiap individu selalu berinteraksi dengan lingkungan dan
selalu memerlukan manusia lainnya. Emosi merupakan perasaan tertentu yang
menyertai setiap keadaan atau perilaku individu. Bahasa merupakan kemampuan
untuk berkomunikasi dengan yang lain. Moralitas merupakan kemauan untuk menerima
dan melakukan peraturan, nilai-nilai atau prinsip-prinsip moral. Agama
merupakan kepercayaan yang dianut oleh individu..
Salah satu yang
terpenting dan yang bagi banyak anak-anak merupakan tugas perkembangan yang
paling sulit adalah belajar untuk berhubungan secara emosional dengan orang
tua, saudara-saudara kandung dan orang-orang lain. Hubungan emosional yang
terdapat selama masa bayi harus diganti dengan hubungan yang lebih matang.
Alasannya adalah karena hubungan dengan orang lain dalam masa bayi berdasarkan
pada ketergantungan bayi pada orang lain untuk memenuhi kebutuhan emosionalnya,
terutama kebutuhan kasih sayang. Tetapi anak-anak harus belajar memberi dan
menerima kasih sayang (ia harus belajar terikat keluar daripada pada dirinya
sendiri).
B.
Saran
Harapan
penulis semoga apa yang ada di dalam makalah ini bisa banyak diambil
manfaatnya khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca. Alangkah baiknya
jikalau kita sebagai calon guru memahami karakteristik masa kanak-kanak,
permasalahannya serta implikasinya pada pendidikan agar bias di aplikasikan di
dalam dunia pendidikan khususnya bagi lingkungan umumnya.
DAFTARPUSTAKA
http://tanticristianti.wordpress.com/2013/10/23/perkembangan-masa-kanak-kanak-dan-anak-awal
http://massofa.wordpress.com/2010/12/02/permasalahan-perkembangan-anak-taman-kanak-kanak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar