Kamis, 05 November 2015

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK isu dan permasalahan kanak-kanak serta implikasinya dalam pendidikan

ISU DAN PERMASALAHAN KANAK-KANAK SERTA IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN
MAKALAH
Diajukan sebagai salah satu tugas kelompok  pada Mata Kuliah
PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
Description: G:\ff1a87fa156e250a6666b71cde93deb2.jpeg
Dosen

Disusun Oleh
Elis Fitriani
Vita Riyanti
Firda Nurul Octaviani
: T. FLORINA M, S.Pd.

: Kelompok 7
: 14102032011CA
: 14102062011CA
: 14102012006CA












SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
SERANG - BANTEN

TAHUN AKADEMIK 2014/2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ISU DAN PERMASALAHAN KANAK-KANAK SERTA IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN” Makalah ini berisikan tentang Perkembangan Anak Tahun Pertama sampai Masa Anak Awal. Kami mengharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang perkembangan anak. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.


Serang, 20 Desember 2014




Penyusun



DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………       i
DAFTAR ISI………………………………………………………….         ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................       1
A.    Latar Belakag Masalah…………………………………………       1
B.     Rumusan Masalah………………………………………………       2
C.     Tujuan Penulisan………………………………………………..       2
BAB II ISU DAN PERMASALAHAN KANAK-KANAK SERTA IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN…………………………..    3
A.    Pengertian Kanak-kanak……………………………………….        3         
B.     Jenis-jenis Permasalahan dan Isu pada Masa Kanak-kanak….           10       
C.     Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Permasalahan kanak-kanak  19
D.    Implikasinya bagi Pendidikan……………………………………     20
BAB III PENUTUP..........................................................................            ……    22
A.    Kesimpulan……………………………………………………...      22
B.     Saran…………………………………………………………….      22
DAFTAR PUSTAKA            ....................................................................... ……    23
BAB I
PENDAHULUAH
A.                Latar Belakang Masalah
Manusia berkembang tidak hanya dari masa kelahiran saja tetapi dari masa konsepsi manusia sudah mulai berkembang. Masa konsepsi mempunyai arti waktu dimana sel telur (ovum) bertemu sperma. Pada saat itu pula manusia berkembang hingga mempunyai bagian-bagian tubuh yang lengkap. Perkembangan manusia akan terus berlanjut sampai saat pengambilan ruh tiba. Semua makhluk Tuhan tidak akan tahu kapan perkembangan dalam dirinya itu terhenti. Menurut E.B Hurlock perkembangan bersifat kualitatif dan kuantitatif, artinya proses perkembangan ada yang dapat diukur dan adapula yang tidak dapat diukur. Misalnya perkembangan otak manusia tidak dapat kita lihat proses perkembangannya, yang kita lihat adalah gejala-gejalanya.
Masa kanak-kanak merupakan masa yang terpanjang dalam rentang kehidupan saat dimana individu relatif tidak berdaya dan tergantung pada orang lain. Bagi kebanyakan anak-anak seringkali  dianggap tidak ada akhirnya sewaktu mereka tidak sabar menunggu saat didambakan yakni pengakuan dari masyarakat bahwa mereka bukan anak-anak lagi melainkan “ Orang Dewasa”. Masa kanak-kanak dimulai setelah  melewati masa bayi yang penuh ketergantungan.
Masa kanak-kanak awal berlangsung dari 2 th sampai 6 th, oleh para pendidik dinamakan sebagai usia pra-sekolah. Perkembangan fisik pada masa ini berjalan lambat tetapi kebiasaan fisiologis yang dasarnya diletakkan pada masa bayi menjadi cukup baik.



B.                 Rumusan Masalah
1.                  Siapakah kanak-kanak itu?
2.                  Apa saja permasalahan yang timbul pada masa Kanak-kanak?
3.                  Apa Peran Agama bagi Kanak-kanak?
4.             Bagaimanakah implikasinya bagi pendidikan?

C.                Tujuan
Dari tujuan yang diharapkan penulis dalam makalah ini, dapat ditarik beberapa manfaat baik untuk pembaca maupun penulis sendiri, yaitu :
Bagi Pembaca
Jika penulisan makalah ini dirasakan dapat menambah pengetahuan tentang isu dan permasalahan Kanak-kanak serta implikasinya terhadap pendidikan, diharapkan pembaca dapat  lebih memahami isi dari makalah ini.  
Bagi Penulis
Penulisan karya tulis ini mejadi suatu pembelajaran, sebagai pengetahuan kami untuk lebih mengetahui berbagai isu dan permasalahan Kanak-kanak.








BAB II
ISU DAN PERMASALAHAN KANAK-KANAK SERTA IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN
A.                Pengertian Kanak-Kanak
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Kanak-kanak berarti periode perkembangan anak masa prasekolah (usia antara 2—6 tahun); 1 bayi yang baru dilahirkan; 2 belum berpengalaman; masih sangat muda. Masa kanak-kanak disebut pula masa prasekolah (preschool age), disebut pra sekolah karena pada masa ini anak-anak belum masuk sekolah. Ada anak-anak yang masuk Taman Kanak-kanak  pada masa ini, akan tetapi belum bisa dikategorikan sebagai anak sekolah sebab taman kanak-kanak itu sendiri bukan  lembaga sekolah melainkan lembaga pra sekolah.

Menurut Montessori (Hurlock, 1978) anak usia 3-6 tahun adalah anak yang sedang berada dalam periode sensitif atau masa peka, yaitu suatu periode dimana suatu fungsi tertentu perlu dirangsang, diarahkan sehingga tidak terhambat perkembangannya. Bila kemampuan berbicara anak tidak dirangsang maka anak akan mengalami kesulitan berbicara pada masa-masa selanjutnya. Contoh berikut ini sering kita temui sehari-hari. Seorang anak berusia tiga tahun mengajak ibunya untuk tidur siang dengan kata-kata ”Ma, bo ma, ma bo ma”.
Ilustrasi di atas menggambarkan bahwa anak menunjukkan keinginan untuk menyampaikan sesuatu tetapi belum jelas ucapannya. Untuk kondisi seperti ini anak perlu dimotivasi dan dilatih kemampuan berbicaranya agar dapat menyampaikan apa yang diinginkannya dengan baik dan benar.
Selain pendapat di atas, Maria Montessori juga menyatakan bahwa masa sensitif anak pada usia ini mencakup sensitif terhadap keteraturan lingkungan, mengeksplorasi lingkungan dengan lidah dan tangan, sensitif untuk berjalan, sensitif terhadap obyek-obyek kecil dan detail, serta terhadap aspek-aspek sosial kehidupan.
Gambaran di atas menggambarkan bahwa Nani berusaha mengetahui mengapa ada lubang kecil di tanah dan mengapa ada beberapa semut keluar dari lubang tersebut. Apa yang dilakukan Nani menunjukkan bahwa seorang anak yang berada pada masa usia ini akan berusaha untuk memenuhi rasa ingin tahunya dengan mengeksplorasi lingkungan melalui panca indranya.
1.      Ciri-ciri Masa Kanak-Kanak
Salah satu ciri-ciri masa kanak-kanak adalah sebutan yang biasanya diberikan oleh orang tua, pendidik dan ahli psiklogi.
a.       Sebutan dari orang tua
Sebagian orang tua menganggap bahawa masa kanak-kanak adalah masa yang mengandung masalah atau sulit. Ini dikarenakan karena dalam masa tersebut anak cenderung bandel, kerasa kepala, tidak menurut dan melawan.
Selain itu, orang tua juga sering menganggap bahwa masa kanak-kanak sebagai usia mainan. Karena sebagian besar waktu digunakan untuk bermain.
b.      Sebutan yang digunakan Para Pendidik
Para pendidik menyebut tahun masa kanak-kanak sebagai usia prasekolah untuk membedakannya dari saat dimana anak dianggap cukup tua, baik secara fisik dan mental, untuk menghadapi tugas-tugas pada saat mereka mulai mengikuti pendidikan formal.
c.       Sebutan yang digunakan oleh Para Ahli Psikologi
Ada beberpa sebutan yang digunakan oleh alhi psikologi untuk masa kanak-kanak, diantaranya adalah usia kelompok, yaitu masa dimana anak mempelajari dasar-dasr perilaku sosial sebagai persiapan bagi kehidupan sosial yang lebih tinggi. Kedua usia menjelajah, yaitu sebuah sebutan yang menunjukan bahwa anak-anak ingin mengetahui keadaan lingkungannya, bagaimana mekanisnya, bagaimana perasaaan dan bagaimana ia mendapat bagian dari lingungan. Ketiga, usia bertanya, yaitu usia dimana seorang anak bertanya terhadap apa yang ia temui. Keempat, usia meniru, yaitu masa dimana seorang anak mempunyai kecenderungan untuk meniru pembicaraan dan tindakan orag lain.
2.         Masa Perkembangan pada Masa Kanak-kanak
1.         Perkembangan Fisik
a.          Pertumbuhan tinggi dan berat badan
Pertumbuhan masa kanak-kanak  tidak terjadi sepesat pada masa bayi (Santrock, 2002; Monks dkk, 1998). Pada masa kanak-kanak awal, rata-rata
anak bertambah  tinggi 6,25 cm setiap tahun, dan bertambah berat 2,5-3,5 kg setiap tahun. Pada usia 6 tahun berat harus kurang lebih mencapai tujuh kali berat pada waktu lahir. Postur tubuh anak pada masa kanak-kanak awal meliputi:
1)      Gemuk  (Endomorfik)
2)      Berotot  (mesomorfik)
3)      Relative kurus (etomorfik)
Besar kecilya tubuh seseorang dipengaruhi oleh factor keturunan dan juga factor lingkungan. Faktor keturunan menentukan cara kerja hormon yang mengatur pertumbuhan fisik yang dikelurka oleh lobus anterior dari kelenjar pituitary, suatu kelejar kecil yang terletak didasar sebelah bawah otak.Anak-anak dengan usia sebaya dapat memparlihatkan tinggi tubuh yang sangat berbeda, tetapi pola pertumbuhan tinggi tubuh mereka tetap mengikuti aturan yang sama. Bila dihitung secara rata-rata, pola ini dapat menggambarkan pertumbuhan anak pada usia tertentu. hal ini dipenganruhi oleh faktor dari dalam (gen) dan faktor dari luar seperti asupan gizi yang memadai untuk pertumbuhan tinggi badan. Perbandingan tubuhnya sangat berubah tidak lagi seperti bayi akan tetapi memiliki ciri-ciri pertumbuhan kanak-kanak awal yaitu:
1.      Pada bagian-bagian tubuh berangsur-angsur berkurang
2.      Tubuh cenderung berbentuk kerucut
3.      Perut yang rata (tidak buncit)
4.      Dada lebih bidang dan rata
5.      Bahu lebih luas dan lebih persegi
6.      Gumpalan Lengan dan kaki lebih panjang dan lurus
7.      Tangan  dan kaki tumbuh lebih besar
Bukan hanya perubahan pada bagian tubuh saja akan tetapi tulang dan otot anak mengalami tingkat pengerasan yang bervariasi pada bagian-bagian tubuh yaitu meliputi ;otot menjadi lebih besar, lebih kuat dan berat, anak lebih kurus walaupun berat bertambah, selama 4 – 6 bulan pertama dari awal masa kanak-kanak, 4 gigi bayi yang terakhir yakni geraham belakang muncul. Selama setengah tahun terakhir  gigi bayi  mulai tanggal yakni gigi seri tengah yang pertama kali lepas dan digantikan gigi tetap. Akhir dari masa kanak-kanak awal biasanya anak memiliki satu atau dua gigi tetap di depan dan beberapa celah dimana gigi tetap akan muncul.
b.      Perkembangan motorik
              Ketrampilan motorik dibagi dua jenis yaitu:
1) Ketrampilan motorik kasar (Gross Motor) adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri.
2) Ketrampilan motorik halus (Fine motor) adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih
2.         Perkembangan Intelektual
a.         Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif pada tahapan ini mencapai tingkat perkembangan tertinggi dari tahapan yang dijelaskan Piaget. Perkembangan kognitif kanak-kanak berada pada tahap praoperasional. Pada tahap ini ada sebagian anak yang menguasai berbagai kemampuan secara baik tetapi ada pula sebagian anak yang tidak mampu menguasainya. Ketidakmampuan anak tampak dari sikap anak yang sulit mengerti, lambat dalam mengerjakan sesuatu, atau keliru dalam menyelesaikan suatu persoalan. Kondisi ini mengakibatkan anak merasa tidak mampu, tidak percaya diri, merasa diri berbeda dengan anak yang lain sehingga anak menarik diri dari lingkungan, dan memandang dirinya tidak memiliki kemampuan apa-apa.
b.      Perkembangan Bahasa dan Bicara
Perkembngan bahasa dipengaruhi Teori Belajar Sosial, yakni anak belajar dengan model-model yang ada diligkungannya. Melalui imitasi dan respon dari lingkungan, akhirnya anak menguasai ketrampilan bicara. Sedangakan menurut Chomsky, perkembangan bahasa anak terjadi karena factor pembawaan; bahwa anak lahir sudah disertai dengan LAD (Language Acquisition Device) yang membuat anak sering mengekspresikan sesuatu dengan kata yang tidak ditemukan dari lingkungannya. Bahasa dibutuhkan  untuk komunikasi dengan dunia luar. Bahasa yang dimaksud adalah bahasa tutur kata yang dapat dimengerti oleh sesama manusia.
Menurut Karl Buhler (Monks dkk., 1992) ada 3 faktor yang meneentukan dalam teori bahasa, yakni:
1.      Kundgabe (Appele), yakni fungsi bahasa untuk menyatakan apa yang terjadi dalam si pembicara, misalnya anak menjerit ketakutan atau bersorak gembira, ini merupakan fungso Kungabe yang dapat menimbulkan fungsi Auslosung.
2.      Auslosung (Ausdruck), yakni fungsi untuk menimbulkan reeaksi social, misalnya mengajak pergi ketoko atau kesekolah. Dalam hubungannya dengan  orang lain, ternyata fungsi yang pertama (Aulosung) juga dapat menimbulkan reaksi social, missal anak menjerit akan menimbulkan reaksi terkejut dari orang lain. Jadi dapat dikatakan bahwa Kungabe memiliki hubungab dengan Auslosung.
3.      Darstellung, yakni fungsi untuk melukiskan suatu keadaan secara obyektif, meletakkan atau mengerti hubungan antara hal yang satu dengan yang lain,dapat memformulasi ide-ide. Hal-hal tadi merupakan sifat-sifat manusia yang spesifik dan hanya manusia yang dapat mengadakan Darstellung.
Menurut Karl Buhler seorang anak harus memiliki tiga fungsi tersebut karena perkembangan anak dipengaruhi imitasi. Jadi bila tidak ada yang ditiru, maka tidak ada input perkembangan bahasa. Selin itu juga harus ada respon dari lingkungan sektar untuk menanggapi tingkah laku anak.
3.         Perkembangan Sosio-emosional
Banyak keluarga dan pendidik anak usia dini menekankan perkembangan social selama masa kanak-kanak awal atau tahun-tahun prasekolah. Aspek-aspek perkembngan sosial emosional anak-anak prasekolah dapat menjadi bagian integral dari perkembangan area lainya, seperti perkembangan aspek kognitif dan perkembangan motorik.
3.                  Bentuk perilaku dalam berbagai situasi sosial
          Bentuk perilaku sosial yang paling penting untuk penyesuaian sosial berhasil tampak dan mulai berkembang dalam periode ini.
1.                  Penggolangan teman
Rekan adalah orang yang memuaskan kebutuhan akan teman dengan berada dalam lingkungan yang sama dimana ia dapat dilihat dan didengar. Dalam setiap tahap, rekan bisa saja laki-laki atau perempuan dan dari segala umur. Teman bermain adalah orang dengan siapa individu terlihat dalam kegiatan yang menyenangkan. Anak lebih menyukai teman bermain yang sejenis. Teman baik adalah teman baik bukan hanya teman bermain yang cocok tetapi juga seseorang pada siapa individu dapat berkomunikasi dengan bertukar pendapat dan saling percaya dengan meminta atau memberi nasihat.
2.                  Bermain pada masa kanak-kanak
Masa awal kanak-kanak sering disebut tahap bermain, karena dalam periode ini hampir semua permainan menggunakan mainan. Menjelang berakhirnya awal masa kanak-kanak, anak tidak lagi memberikan sifat-sifat manusia,binatang, atau benda-benda kepada mainannya. Bermacam-macam minat bermain yaitu anak yang sangat cerdas lebih menyukai permainan sandiwara,kegiatan-kegiatan kreatif dan buku-buku yang memberikan informasi daripada yang bersifat hiburan.
4.                  Pendidikan Agama bagi Kanak-kanak
Pendidikan agama, syarat dan formulasinya termasuk bahasan rumit dalam kehidupan manusia. Karena pendidikan agama bertujuan untuk membina dan mencerahkan jiwa manusia. Pendidikan agama merupakan konsep pendidikan yang diturunkan oleh Allah Swt kepada umat manusia melalui Rasul-Nya. Anak-anak dan remaja menjadi perhatian khusus konsep pendidikan agama. Karena untuk memahamkan anak-anak tentang ajaran agama serta tentang hari penciptaan dan hari akhir dibutuhkan kelihaian khusus. Anak-anak ingin mengetahui beberapa pertanyaan yang berbau filosofis, “Darimana manusia datang? Bagaimana mereka datang? Akan kemana mereka pergi? Dan siapa yang telah membawa mereka ke dunia ini? Pertanyaan-pertanyaan ini dapat menjadi alasan untuk menyiapkan pola pendidikan agama. Mayoritas para psikolog sepakat bahwa pendidikan harus dimulai sejak usia dini. Dalam sistem pendidikan Islam, masalah ini juga mendapat perhatian khusus. Penelitian para psikolog membuktikan bahwa anak-anak pada usia empat tahun mulai menunjukkan kecenderungan kepada agama. Sebenarnya pada usia tersebut, anak-anak telah memulai ekspedisi mencari Sang Pencipta. Masalah psikologis ini juga banyak ditemukan dalam barbagai hadis Nabi Saw. Imam Muhammad al-Baqir as berkata, “Ajarilah kalimat syahadah kepada anak-anak saat mereka berusia tiga tahun, dan ketika menginjak usia empat tahun, kenalilah mereka dengan kenabian nabi Muhammad Saw, dan ajarilah mereka berwudhu dan shalat saat berusia tujuh tahun.” Poin penting lainnya dalam pendidikan agama terhadap seorang anak adalah menyiapkan kesempatan dan iklim baik dalam lingkungan keluarga. Rasulullah Saw memberikan empat pesan dalam mendidik anak. Beliau bersabda, “Mintalah anak-anak kalian mengerjakan pekerjaan sesuai dengan kemampuannya dan jangan menuntut lebih dari mereka, jangan paksa mereka melakukan perbuatan maksiat, jangan berbohong kepada mereka dan jangan menghina serta melecehkan mereka.” Pesan Nabi tersebut membuat kita memahami sejumlah metode untuk mendidik anak. Pertama, memahami dengan benar kriteria serta perasaan anak sangat penting. Kedua, perilaku kasih sayang orang tua sangat mempengaruhi perkembangan anak.
B.                 Jenis-jenis Permasalahan dan Isu pada Masa Kanak-kanak
Setiap anak memiliki karakteristik perkembangan yang berbeda-beda. Pemahaman terhadap anak perlu berangkat dari pemahaman pada setiap anak dengan berbagai karakteristiknya. Selama proses perkembangan, tidak menutup kemungkinan anak menghadapi berbagai masalah yang akan menghambat proses perkembangan berikutnya. Permasalahan yang dihadapi anak dapat dilihat melalui tingkah laku anak pada saat mengikuti proses pembelajaran di kelas atau pada saat anak bermain. Adapun permasalahan perkembangan yang dihadapi anak Taman Kanak-kanak diantaranya yaitu :
1.                  Jenis-jenis Permasalahan
Pada dasarnya Jenis-jenis masalah pada masa kanak-kanak terdiri dari masalah fisik dan psikososial. Permasalahan Fisik yang terjadi pada anak usia Kanak-kanak sangat beragam. Beberapa permasalahan fisik yang dihadapi anak usia kanak-kanak adalah masalah motorik, masalah penglihatan, masalah pendengaran, masalah berbicara atau berbahasa.Permasalahan psiko-sosial yang dihadapi  usia kanak-anak  juga sangat beragam. Dari beberapa jenis permasalahan psikis anak  pada kesempatan kali ini penulis mengungkapkan 4 psiko-sosial antara lain permasalahan sosio-emosional, masalah agresivitas, masalah kecemasan dan masalah keberbakatan.
            Permasalahan Fisik yang terjadi pada anak usia Kanak-kanak antara lain:
1.                  Masalah Motorik
Permasalahan motorik anak terdiri dari motorik kasar dan motorik halus.
Motorik kasar merupakan keterampilan menggerakkan bagian tubuh secara harmonis
dan sangat berperan untuk mencapai keseimbangan yang menunjang motorik halus.
Permasalahan yang sering terjadi pada usia kanak-kanak adalah anak masih labil atau sulit
menggerakkan bagian tubuh secara harmonis. Misalnya: berjalan, berlari, menangkap,
melempar. Selain itu juga belum sempurnanya kordinasi dalam mengontrol motorik
kasar, misalnya jika ditugaskan untuk berjalan tanpa menyentuh temannya.
Kemampuan motorik lainnya yang harus dikuasai anak  adalah kemampuan
motorik halus. Motorik halus merupakan keterampilan yang menyatu antara motorik
halus dengan panca indera. Kesiapan mengkoordinasikan keseluruhan ini diperlukan
untuk persiapan menulis, membaca dan sebagainya. Permasalahan yang sering
muncul adalah anak-anak masih sulit menjiplak, membentuk lingkaran, segitiga dan
sebagainya.

2.                  Masalah Penglihatan
Pengamatan melalui penglihatan, merupakan keterampilan
untuk mampu melihat persamaan dan perbedaan bentuk,
benda dan warna sebagai dasar untuk pengembangan kognitif.
Masalah penglihatan yang biasa terjadi pada usia kanak-kanak adalah
sulitnya mengelompokkan benda berdasarkan warna, bentuk dan ukurannya. Selain
itu mereka juga sulit mengamati benda secara jelas.
Permasalahan yang ditimbulkan dari gangguan penglihatan juga bisa
menyebabkan gangguan ingatan. Gangguan ingatan tersebut antara lain:
a.         Tidak mampu menyebutkan benda tanpa ada bendanya
b.         Tidak mampu menguraikan benda-benda yang dilihat dari beberapa aspek,
misalnya bentuk, warna, fungsi dan sebagainya.
c.         Tidak mampu mencari bagian yang hilang dari suatu bentuk atau gambar.
d.         Tidak mampu mengurutkan kembali satu seri gambar yang diacak.
3.         Masalah Pendengaran
Pengamatan melalui pendengaran merupakan keterampilan untuk mampu mendengar perbedaan dan persamaan suara. Pengamatan ini biasanya sudah dikenal anak sebelum sekolah, misalanya anak sudah mampu membedakan suara di sekelilingnya. Gangguan pendengaran pada anak-anak usia pra sekolah bukan berarti anak mengalami tuli. Akan tetapi anak tidak mampu menyebutkan suara yang ada di sekelilingnya, seperti suara alam, bisikan arah suara dan sebagainya. Kemudian tidak mampu menirukan berbagai suara tertentu serta tidak mampu menyanyikan lagu sederhana. Sebagian besar orang tua menganggap perrmasalahan pendengaran anak merupakan hal sepele, sehingga yang awalnya hanya gangguan kecil menjadi gangguan yang sulit disembuhkan. Hal tersebut bisa diminimalisir jika orang tua sedini mungkin sering melatih anak mendengarkan berbagai suara baik mendengarkan kaset lagu ataupun orang tuanya sendiri sering bernyanyi saat bermain dengan anaknya. Permasalahan pendengaran yang terjadi pada usia kanak-kanak antara lain:
a.         Tidak mampu menirukan berbagai suara tertentu
b.         Tidak mampu mendengarkan persamaan-persamaan dalam kata-kata yang bersajak.
c.         Tidak mampu menceritakan kembali kejadian
d.         Tidak mampu mengulangi kembali urutan cerita
e.         Dan lain-lain.
4.         Masalah Berbahasa
Berbahasa merupakan keterampilan dalam mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Untuk usia kanak-kanak, keterampilan yang diutamakan adalah mendengaran dan berbicara. Masalah berbahasa yang dialami usia kanak-kanak Kanak-kanak berawal dari ketidakmampuan mendengar dan memahami bahasa lisan yang diucapkan orang-orang di sekelilingnya. Permasalahan tersebut salah satunya juga disebabkan berbedanya budaya di sekitar kita yang tidak membiasakan orang untuk mengekspresikan perasaannya karena hal itu dianggap sebagai sasuatu yang memalukan. Kebudayaan tersebut mengakibatkan anak-anak kita tidak mampu mampu mengutarakan isi hatinya dengan kalimat-kalimatnya, kemudian bicaranya juga belum jelas serta ada juga yang mengalami masalah gagap. Ketidakmampuan anak dalam berbahasa sangat mempengruhi kemampuan bicara anak pada tahap perkembangan selanjutnya yang bisa dimungkinkan juga mempengaruhi hubungan sosial mereka dengan orang lain.
Adapau Permasalahan psiko-sosial yang dihadapi  usia kanak-anak  antara lain:
1.                  Permasalahan Psiko-Sosial
Perkembangan psikis dan sosial anal-anak erat hubungannya dengan perkembangan jati diri anak. Permasalahan psiko-sosial anak bisa berasal dari dalam diri anak itu sendiri maupun yang berhubungan dengan orang lain. Permasalahan psiko-sosialnyang terjadi anak-anak usia taman Kanak-kanak bukan merupakan hal yang permanen. Hal ini perlu kita maklumi karena anak-anak usia TK proses berpikirnya masih dalam periode pra-operasional dimana anak masih sangat dominan dengan sifat egosentrisnya.
2.                  Masalah Sosio-Emosional anak
 Permasalahan sosio-emosional yang terjadi pada anak-anak usia Kanak-kanak termasuk permasalahan psikologis. Permasalahan sosio-emosional anak juga berasal dari dalam dirinya dan berhubungan dengan orang lain. Masalah-masalah sosio-emosional usia kanak-kanak antara lain:
1.                  Sukar berhubungan dengan orang lain, seperti takut pada orang dewasa selain orang yang sudah dikenalnya, kemudian takut sekolah yang dimungkinkan anak takut dengan guru atau belum siap berpisah dari orang tuanya.
2.         Mudah menangis
3.         Sering membangkan jika keinginannya tidak dituruti
4.         Tidak mau bergaul dengan temannya
5.         Mau menang sendiri
6.         Belum memiliki pemahaman tentang konsep dan peran jenis kelamin
7.         Belum dapat mengikuti secara penuh aturan-aturan yang ada
3.         Agresivitas
Agresivitas adalah istilah umum yang dikaitkan dengan adanya perasaan marah
atau permusuhan atau tindakan melukai orang lain baik dengan tindakan kekerasan
secara fisik, verbal maupun dengan menunjukkan ekspresi wajah dan gerakan tubuh
yang mengancam atau merendahkan (Rita Eka Izzaty:2005). Perilaku agresif biasa
ditunjjukan untuk mencapai tujuan tertentu bisa berupa pembelaan diri atau untuk
meraih keunggulan dengan cara membuat lawan tidak berdaya. Sasaran perilaku agresif ini bisa diberikan kepada pendidik, teman bahkan dilampiaskan pada bangunan misalnya memukul dinding atau menendang benda. Sasaran lainnya bisa juga berupa mengganggu proses belajar atauupun mengganggu kegiatan lain yang sedang berlangsung. Perilaku agresivitas ini tidak hanya merugikan pelaku sendiri, tetapi juga bisa merugikan anak-anak lain atau orang lain disekitarnya. Menurut Rita Eka Izzaty (2005:106) perilaku agresif ada yang wajar dan ada yang tidak wajar. Perilaku agresif yang dikategorikan wajar apabila agresivitas tersebut sebagai pelampiasan emosi dan hambatan psikologis yang berlebihan dan tidak sehat. Perilaku agresif yang dikategorikan tidak wajar apabila perilaku tersebut menetap bahkan sampai mengganggu lingkungannya.
3.                  Kecemasan
Kecemasan merupakan keadaan emosi yang tidak menyenangkan yang meliputi interpretasi subyektif dan rangsangan fisiologis, misalnya bernafas lebih cepat, jantung berdebar-debar dan berkeringat dingin (Ollendick, dalam Rita Eka Izzaty:2005). Kecemasan ini timbul pada situasi sebagai reaksi emosi sementara yang timbul pada situasi tertentu yang dirasakan sebagai suatu ancaman. Pada umumnya kecemasan pada usia anak-anak berangsur-angsur akan berkurang seiring bertambahnya usia anak. yang dialami anak-anak Taman Kanakkanak
ditunjukkan dengan keadaan emosi yang tidak menyenangkan yang timbul ketika diri merasa tidak aman. Gejala ini disebabkan antara lain karena perilaku orang tua yang terlalu protektif dan kurang bersosialisasi dengan lingkungan disekitarnya.
4.                  Keberbakatan (Giftedness)
Keberbakatan atau biasa disebut anak berbakat merupakan sebutan bagi anak yang memiliki kemampuan luar biasa pada hampir semua bidang, mempunyai kreativitas tinggi serta bertanggung jawab pada tugas. Keberbakatan ini menjadi permasalahan bagi anak itu sendiri maupun bagi pendidik. Permasalahan anak berbakat tersebut jika diatasi sejak dini akan menguntungkan semua pihak. Potensi anak akan tersalurkan dan semakin berkembang, sementara anak-anak lain yang kemampuannya dibawah anak berbakat juga tidak dirugikan. Keberbakatan mempunyai definisi yang bersifat multidimensional, digambarkan bahwa anak berbakat sebagai anak yang menunjukkan prestasi tinggi hampir dalam semua kecerdasan majemuk.
2.         Isu pada Masa Kanak-kanak
Pengaruh paling penting lingkungan keluarga terhadap perkembangan anak berasal dari suasana yang ada dalam keluarga tersebut
1.                  Isu pengasuhan: Koregulasi dan disiplin
Anak-anak lebih bersedia mengikuti keinginan orang tua apabila mereka menyadari bahwa orang tuanya adil dan memerhatikan kesejahteraan anak dan mereka (orang tua) mungkin mengetahui lebih baik karena pengalaman. Juga akan membantu apabila orang tua mencoba untuk mengikuti penilaian matang si anak dan hanya mengambil posisi tegas pada isu-isu penting.
2.                  Dampak Orang Tua Bekerja
Kebanyakan penelitian tentang dampak orang tua bekerja terhadap kesejahteraan anak difokuskan pada ibu yang bekerja. Secara umum, makin puas seorang ibu dengan status pekerjaannya, makin efektif  kemungkinannya ia sebagai orang tua. Seberapa baik orang tua menyadari kondisi anak-anak mereka mungkin lebih penting dibandingkan apakah ibu bekerja di luar rumah.
3.                  Kemiskinan dan pengasuhan
Kemiskinan dapat membahayakan perkembangan anak melalui pengaruhnya terhadap kondisi emosional orang tua dan praktik pengasuhan anak dan pada lingkungan rumah yang mereka ciptakan.Keluarga yang berada dalam kesulitan ekonomi memiliki kecenderungan yang lebih rendah dalam mengontrol aktivitas anak-anak mereka, dan kurangnya monitor tersebut berkaitan dengan prestasi sekolah dan penyesuaian sosial yang lebih buruk.
4.      Keluarga adoptif
Sepanjang sejarah, adopsi dapat ditemukan dalam semua kultur. Adopsi bukan hanya diperuntukkan bagi orang yang mandul, pasangan gay atau lesbian, dan orang yang telah memiliki anak biologis dapat menjadi orang tua asuh. Mengadopsi anak membawa tantangan tersendiri.Disamping masalah pengasuhan yang biasa muncul, orang tua adoptif harus berhadapan dengan mengadopsikan anak ke dalam keluarga, menjelaskan pengadopsian kepada si anak, membantu anak mengembangkan perasaan diri yang sehat, dan mungkin akhirnya membantu anak untuk berhubungan dengan orang tua biologis.
5.      Ketika orang tua bercerai
Anak yang lebih muda lebih cemas akan perceraian, kurang memiliki persepsi yang realistis tentang apa yang menyebabkan  perceraian tersebut, dan lebih sering menyalahkan diri mereka sendiri; akan tetapi bisa beradaptasi lebih cepat dibandingkan anak yang lebih tua, yang memahami apa yang terjadi dengan lebih baik.
Perceraian menimbulkan stress bagi anak-anak, stress konflik pernikahan dan kemudian perpisahan orang tua serta kepergian mendadak salah satu orang tua, biasanya ayah. Terkadang anak-anak tidak memahami apa yang sedang terjadi dan mengapa. Perceraian tentu saja menimbulkan stress bagi orang tua dan bisa berdampak negative terhadap pola asuh mereka.
6                    Tinggal dengan keluarga satu orang tua
Keluarga satu orang tua berasal dari perceraian atau perpisahan, orang tua yang tidak menikah, atau kematian. Banyak keluarga “satu orang tua” ini sebenarnya keluarga tanpa ikatan pernikahan yang meliputi ibu, atau lebih umumnya, ayah tidak menikah yang menjadi pasangan ibu. Meskipun secara keseluruhan anak-anak di dalam keluarga orang tua tunggal berperilaku baik, beberapa penelitian menemukan bahwa anak-anak ini cenderung tertinggal secara social dan pendidikan dibandingkan dengan teman sebaya yang berkeluarga dua orang tua. Anak-anak yang tinggal dengan orang tua menikah cenderung memiliki lebih banyak interaksi harian dengan orang tua mereka, lebih sering membaca, berkembang lebih stabil di sekolah, dan ikut serta dalam lebih banyak kegiatan ekstrakulikuler dari pada anak-anak yang tinggal dengan orang tua tunggal.
7.         Tinggal dengan keluarga tiri
Keluarga tiri berbeda dengan keluarga “biasa”. Keluarga tiri memiliki bentuk yang lebih besar, yang bisa meliputi sanak saudara sampai empat orang dewasa ( pasangan yang menikah kembali ditambah satu atau dua mantan pasangan). Penyesuaian lebih sulit ketika terdapat banyak anak, termasuk mereka yang berasal dari pernikahan sebelumnya atau ketika anak  baru lahir.
8.         Tinggal dengan orang tua homoseks atau lesbian
Beberapa orang homoseks atau lesbian membesarkan anak yang dilahirkan dari hubungan heteroseksual sebelumnya. Sementara itu, lainnya mengandung dengan cara buatan, menggunakan wanita yang menyewakan rahimnya untuk mengandung dan melahirkan anak bagi orang lain atau mengadopsi anak. Banyak penelitian menelaah perkembangan anak dengan orang tua homoseks dan lesbian mencakup kesehatan fisik dan emosional, kecerdasan, penyesuaian, kesadaran diri, penilaian moral, fungsi social dan seksual, serta menunjukkan tidak ada kekhawtiran yang khusus. Orang tua homoseks atau lesbian yang terbuka biasanyamemiliki hubungan yang positif dengan anak-anak mereka dan bila anak-anak mereka dibandingkan dengan dengan anak-anak yang dibesarkan dengan orang tua heteroseksual, sama-sama cenderung tidak memiliki masalah social atau psikologis.
untuk mengurangi kemungkinan tumbuhnya permasalahan yang timbul pada masa kanak-kanak, dalam rangka kegiatan pendidikan yang dapat dilakukan diantara usaha-usaha pembinaan yang perlu di perhatikan, sekurang-kurangnya pendidik umumnya dan para guru khususnya.
Seharusnya seorang guru bisa mengaktifkan dan mengkaitkan hubungan rumah dengan sekolah (parent teacher association) untuk saling mendekatkan dan menyelaraskan system nilai yang dikembangkan dan cara pendekatan terhadap kanak-kanak serta sikap dan tindakan perlakuan layanan yang diberikan dalam pembinaannya. Tujuannya adalah untuk memahami dan mengurangi masalah-masalah yang mungkin timbul bertalian dengan perkembangan perilaku sosial, moralitas dan kesadaran hidup atau penghayatan keagamaan.
4. Seorang guru atau pendidik untuk memahami dan mengurangi masalah-masalah yang mungkin timbul bertalian dengan perkembangan fungsi-fungsi konatif, afektif dan kepribadiannya
C.        Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Permasalahan kanak-kanak
Beberapa faktor yang mempengaruhi permasalahan anak usia Kanak-kanak dapat dikelompokkan dalam dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Penyebab permasalahan dari faktor internal dalam diri anak disebabkan karena kelemahan fisik dan karena psikisnya. Penyebab permasalahan anak karena faktor fisik terdiri dari:
a.         Kesehatan berupa kondisi tubuh yang menurun
b.         Kecacatan pada beberapa organ tubuh yang tidak berfungsi dengan baik, kelainan pada sistem otak, gen atau kimia darah
Penyebab yang ditimbulkan dari faktor psikis dan sosial adalah:
a. Kecerdasan
b. Ingatan
c. Perasaan
d. Kemauan
e. Keluarga
f. Sekolah
g. Masyarakat
h. Media
D.        Implikasinya dalam Pendidikan
Anak yang agresif  bisa bermula dari kurangnya empati diduga karena pendidikan yang kurang dan juga pemahaman moral tidak tertanam dengan baik. Faktor orang tua yang cendrung cuek turut menjadi penyebab kurangnya akan menjadi agresif. Di lingkungannya juga bisa diakibatkan karena bergabung dengan teman yang memiliki sifat agresif dan guru yang tidak begitu memahami karakter setiap siswanya. Peranan orang dewasa terutama orang tua dan guru sangat berpengaruh dalam hal ini. Untuk itu, orang tua seharusnya lebih memperhatikan anaknya, berikan kasih sayang dan empati pada anak, dan alihkan lah agresifitas nya ke dalam hal yang positif, misalnya di sekolah belajar menggambar dan olahraga.
Akibat pola pengasuhan orang tua yang terlalu mengecam anak, tidak menpunyai waktu untuk sekedar berinteraksi dengan anak, selalu menbanding bandingkan anak sehingga membuat anak terpojok kan, dan selalu merendahkan anaknya Sikap orang tua seperti itu akan mengakibatnya melemahnya keberanian anak sehingga anak akan menunjukan rasa khawatir dan cemas yang berlebihan ketika di lingkungan sosial. Lalu di lingkungan sekolah,  guru yang selalu memperhatikan siswa yang aktif saja, sedangkan yang lainnya diabaikan dan tidak diperhatikan (pilih kasih) dan guru yang selalu berlalu otoriter. Hal ini dapat menyebabkan anak pasif dalam kegiatan belajar mengajar dan akan mudah tersinggung saat di kritik.
Anak yang memiliki daya suai rendah hendaknya diperhatikan, khususnya oleh  orang tua dan guru. Orang tua sebaiknya jangan terlalu mengecam anak, harus bisa menerima kekurangan dan kelebihan anak dan juga berilah perhatian pada anak, puji anak saat anak melakukan hal baik sekecil apapun, dan peringatkan anak dengan lembut bila anak melakukan kesalahan. Di sekolah, guru seyogyanya bersikap bijaksana dan jujur, adakan kegiatan kelompok dan berilah kesempatan untuk setiap anak mengerjakan tugas di depan, dan juga ciptakan suasana belajar yang nyaman. Hal tersebut anak membuat anak berangsur-angsur dapat menyesuaikan dirinya.
Untuk mengatasi anak yang berprilaku merusak, orang  tua harus lebih empati terhadap anak, memperhatikan anak dan buatlah suasana setenang mungkin di rumah dan ajaklah anak berinteraksi sehingga anak bisa mencurahkan isi hatinya. Dengan demikian, amarahnya bisa sedikit meredam dan nengurangi terjadinya perilaku merusak.
Untuk itu orang tua ataup pun guru harus lebih sering berinteraksi dengan anak, bebaskan anak dalam berekspresi tetapi masih memberi control. Contohnya guru mengajak anak bernyanyi , memberi kesempatan untuk maju ke depan dan sebagainya.
Anak-anak yang mengalami konflik dan mampu mengatakan secara verbal akan mencoba menyelesaikan konfliknya dengan kekuatan fisik. Oleh karena itu belajar mengatakan perasaannya untuk menyelesaikan konfllik secara verbal menjadi hal yang sangat penting bagi anaka pada masa kanak-kanak.










BAB III
PENUTUP
A.                Kesimpulan
Aspek– aspek perkembangan individu meliputi fisik, intelektual, sosial, emosi, bahasa, moral dan agama. Perkembangan fisik meliputi pertumbuhan sebelum lahir dan pertumbuhan setelah lahir. Intelektual (kecerdasan) atau daya pikir merupakan kemampuan untuk beradaptasi secara berhasil dengan situasi baru atau lingkungan pada umumnya. Sosial, setiap individu selalu berinteraksi dengan lingkungan dan selalu memerlukan manusia lainnya. Emosi merupakan perasaan tertentu yang menyertai setiap keadaan atau perilaku individu. Bahasa merupakan kemampuan untuk berkomunikasi dengan yang lain. Moralitas merupakan kemauan untuk menerima dan melakukan peraturan, nilai-nilai atau prinsip-prinsip moral. Agama merupakan kepercayaan yang dianut oleh individu..
Salah satu yang terpenting dan yang bagi banyak anak-anak merupakan tugas perkembangan yang paling sulit adalah belajar untuk berhubungan secara emosional dengan orang tua, saudara-saudara kandung dan orang-orang lain. Hubungan emosional yang terdapat selama masa bayi harus diganti dengan hubungan yang lebih matang. Alasannya adalah karena hubungan dengan orang lain dalam masa bayi berdasarkan pada ketergantungan bayi pada orang lain untuk memenuhi kebutuhan emosionalnya, terutama kebutuhan kasih sayang. Tetapi anak-anak harus belajar memberi dan menerima kasih sayang (ia harus belajar terikat keluar daripada pada dirinya sendiri).

B.                 Saran
Harapan penulis semoga apa yang ada di dalam makalah ini bisa banyak diambil manfaatnya khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca. Alangkah baiknya jikalau kita sebagai calon guru memahami karakteristik masa kanak-kanak, permasalahannya serta implikasinya pada pendidikan agar bias di aplikasikan di dalam dunia pendidikan khususnya bagi lingkungan umumnya.

DAFTARPUSTAKA
http://tanticristianti.wordpress.com/2013/10/23/perkembangan-masa-kanak-kanak-dan-anak-awal
http://massofa.wordpress.com/2010/12/02/permasalahan-perkembangan-anak-taman-kanak-kanak










Tidak ada komentar:

Posting Komentar